A. Perlunya Pendidikan Berkualitas
Kualitas memiliki dua konsep yang berbeda antara konsep absolute dan relative. Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Dalam konsep ini kualitas mirip dengan suatu kebaikan, kecantikan, kepercayaan yang ideal tanpa ada kompromi. Kualitas dalam makna absolut adalah yang terbaik, tercantik, terpercaya. Bila dipraktikkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang akan mampu menawarkan kualitas tinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya.
Dalam konsep relatif, kualtias bukan merupakan atribut dari produk atau jasa. Sesuatu dianggap berkualitas jika barang atau jasa memenhii spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karena itu, kualtias bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang ditentukan.
Dalam konsep relatif produk yang berkualitas adalah yang sesuai dengan tujuannya (fit for their purpose). Definisi kualitas dalam konsep relatif memiliki dua aspek, yaitu dilihat dari sudut pandangn produsen maka kualitas adalah mengukur berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan dan dari sudut pandang pelanggan maka kualitas untuk memenuhi tuntutan pelanggan.
Pada umumnya kualitas memiliki elemen-elemen sebagai berikut: pertama, meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kedua, mencangkup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. Ketiga. Merupakan kondisi yang selalu berubah. Berdasarkan elemen-elemen tersebut maka kualitas dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan priduk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi bahkan melebihi harapan..
Kualitas juga memiliki banyak dimensi, yaitu pertama, karakteristik kinerja operasional pokok dari produk inti, kedua karakteristik tambahan, ketiga, keadaan, yaitu kecil kemungkinan untuk rusak atau gagal pakai, keempat, kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan, kelima, daya tahan, yaitu berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan, keenam, keterlayanan yang meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan atua penanganan keluhan yang memuaskan, ketujuh, estetika, yaitu daya tarik produk terhadap pancaindra, dan kedelapan, citra kualitas produk yang menyangkut antara lain tanggung jawab terhadap produk atau jasa yang diberikan.
Definisi tentang kualitas selalu terkait dengan produk. Yang menjadi pertanyana selanjutnya adalah apakah produk pendidikan itu? Pertanyaan itu penting untuk diajukan karena untuk mengetahui pendidikan itu berkualtias atau tidak maka kita perlu tahu produk pendidikan itu sendiri? Pendidikan itu adalah jasa atau pelayanan (service) dan bukan produksi barang. Pemahaman karakteristik kualtias jasa lebih sulit untuk didefinisikan daripada kualtias produk fisik.
Untuk itulah, perlu kita pahami beberapa perbedaan produksi jasa dan produksi barang. Terdapat enam macam perbedaan jasa pelayuanan dibandingkan denganproduksi barang.
Pertama, jasa pelayanan biasanya terjadi kontak langsung antara penyedia jasa dengan pengguna akhir, maka kualitas jasa bergantung pada orang yang memberikan pelayanan dan orang yang menerima pelayanan.
Kedua, jasa harus diberikan secara tepat waktu karena pelayanan dikonsumsi secara langsung pada saat jasa itu diberikan. Kontrol kualtias jasa dilakukan sebelum dan selama jasa tersebut diberikan. Adanya kontak langsung tersebut memungkinkan adanya evaluasi dan feedback yang merupakan sarana utama untuk mengukur kepuasan pelanggan.
Ketiga, jasa pelayanan tak dapat ditambal sulam atau diperbaiki. Oleh karena itu, penting sekali untuk ditetapkan standar pelayanan dari tahap awal. Selain itu, dalam memberikan pelayanan memungkinkan untuk terjadinya kesalahan manusia.
Keempat, jasa pelayanan berkaitan dengan masalah-masalah yang tidak kelihatan sehingga sulit sekali untuk menggambarkan seperti apa keinginan pelanggan. Dalam jasa pelayanan lebih banyak menyangkut proses daripada hasil akhirnya.
Kelima, jasa pelayanan biasanya diberikan secara langsung kepad apelanaggan oleh pengawai yunior, sedangkan pegawai senior berada jauh dari pelanggan. Oleh karena itu, pegawai yunior terutama yang digarda depan (front line) harus dimotivasi untuk selalu memberikan pelayanan terbaiknya.
Keenam, sangat sulit untuk mengukur keberhasilan output dan produksivitas jasa pelayanan. Satu-satunya indikator kinerja jasa pelayanan adalah kepuasan pelanggan. Dalam hal ini ukuran-ukuran yang tidak tampak merupkan faktor kesuksesan yang penting seperti perhatian, kesopanan keramahtamahan, dan pemberian bantuan.
Karena satu-satunya indikator kinerja jasa pelayanan adalah kepuasan pelanggan, kinerja kualtias pendidikan dapat diukur dari tingkat kepuasan pelanggan. Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah sebenarnya pelanggan pendidikan itu?
Pelanggan pendidikan ada dua aspek, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pelanggan internal adalah kepala sekolah, guru, dan staf kependidikan lainnya. Pelanggan eksternal ada tiga kelompok, yaitu pelanggan eksternal primer, pelanggan sekunderm, dan pelanggan tersier. Pelanggan eksternal eksternal primer adalah peserta didik. Pelanggan eksternal sekunder adalah orang tua dan para pemimpin pemerintahan. Pelanggan eksternal tersier adalah pasar kerja, pemerintah, dan masyarakat luas.
Dalam konsep relatif kualitas pendidikan biasanya diukur dari sisi pelanggannya baik pelanggan internal maupun eksternal. Namun, berdasarkan perkembangan paradigma baru pendidikan, kualtias pendidikan seharusnya juga diukur dari sisi pelanggan internal yang tak lain adalha kepala sekolah, guru, tenaga kepdndidikan lain hingga pegawai tata usaha sekalipun.
Ada suatu pendapat yang memfokuskan pada pealnggan eksternal primer, yaitu peserta didikk bahwa pendidikan berkualtias adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi: pertama, pembelajaran sepanjang hayat, kedua, komunitkaotr yang baik dalam bahasa nasional dan itnernasional, ketiga, berketrampilan teknologi untuk lalapangan kerja dankehidupan sehari-hari, keempat, siap secara kognitif untuk pekerjaan yang kompleks, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan, kelima, menjadi warga negara yang bertanggung jawab secara sosial, politik, dan budaya.
Dari sudut pandangn internal tentu saja pendidikan berkualtias adalah yang memungkinkan tenaga pengajar dan staf lainnya mampu berkembang baik secara fisik maupun psikis. Berkembang secara fisik antara lain mendapatkan imbalan finansial dan kesejahteraan hidup secar alayak, sedangkan perkembangn secara psikis adalah bila mereka diberi kesempatan untuk teurs belajar dan mengembangkan kemampuan, bakat, dan kreativitasnya. Tenaga pengajar dan staf juga akan merasa puas bila suasana kerja atau budaya kerja disekolah mendukung.
Bagaimana dengan kualitas pendidikan bila diukur dari pelanggan eksternal sekunder dan tersier? Bagi mereka tentu saja pendidikan berkualtias adalah bila hasil pendidikan memberikan sumbangan positif kepada orang tua, para pemimpin pemerintah, pasar kerja, pemerintah, industri, dan masyarakat luas. Seperti apa bentuk riilnya? Misalnya lulusan sekolah tertentu siap untuk menerima tugas-tugas pekerjaan di perusahaan atau instansi pemerintah walaupun masih perlu sedikit bimbingan. Bagi masyarakat luas pendidikan dikatakan berkualitas bila lulusannya tidak menimbulkan keributan seperti tawuran atau perkelahian massal. Bagi para pemimpin dan pemerintah maka pendidikan berkualitas adalah bial lulusan epndidikan mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan keadilan sosial.
Bagaimana dengan kualitas pendidikan di
Dari sisi pelanggan eksternal primer, yaitu siswa maka kualitas pendidikan kita jgua masih rendah. Liat saja perbandingan prestasi akademik siswa-siswa kita berdasarkan standar internasional, yang selalu berada di deretan bawah. Apalagi bila ukurannya untuk menajdi warga negara yang bertanggung jawab secara sosial, politik, dan budaya seperti dikemukakan Hallinger. Banyak lulusan sekolah atau perguruan tinggi terkenal dengan prestasi akadmeik yang baik, tetapi ketika menjadi pejabat publik atau penguasaha mereka tidak menunjukkan adanya tanggung jawab moral. Buktinya saat ini banyak mantan pejabat terjerat masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Banyak pula penguasaha yang menggelapkan uang rakyat atau menilep dana Bantuan Likuiditas Bank
Untuk mencapai pendidikan yang berkualtias di negeri ini menghadapi banyak kendala: pertama, akuntabiltias dalam penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat masih sangat rendah karena terlalu kuatnya dominasi pemerintah pusat dalam manajemen mikro penyelenggaraan pendidikan. Kedua, penggunaan sumber daya tidak optimal dan tidak efisien dikarenakan rendahnya anggaran pendidikan dan sistem pengelolaan anggaran yang terpusat. Ketiga, partisipasi masyarakat yang masih rendah padahal secara historis peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan di
B. Kualtias Pendidikan yang direncanakan
Pendidikan adalah jasa sehingga kontrol sebelum pelayanan diberikan kepada pengguna akhir harus menjadi perhatian utama. Untuk menghasilkan pendidikan berkualtias maka program pendidikan harus dipersiapkan secara baik. Oleh karena itu, sistem pendidikan ktia harus direformasi secara besar-besaran baik dari perencanana, pelaksanaan, penilaian dan lain-lain.
Terdapat beberapa kondisi yang diperlukan untuk suksesnya perencanaan pendidikan, yaitu (1) adanya komitmen politik padaperencanaan pendidikan, (2) perencanaan pendidikan harus tahu betul apa yang menjadi hak, tugas dan tanggung jawabnya, (3) harus ada perbedaan yang tegas, antara area politis, teknis, dan administratif pada perencanaan pendidikan, (4) perhatian lebih besar diberikan pada penyebaran kekuasaan untuk membuat keputusan politis dan teknis, (5) perhatian lebih ebsar ddiberikan pada pengembangan kebijakan dan prioritas pendidikan yang terarah, (6) tugas utama prencanaan pendidikan adalah pengembangan secara terarah dan memberikan alternatif teknis sebagai sarana untuk mencapai tujuan politi pendidikan, (7) harus mengurangi politisasi pengetahuan, (8) harus berusaha lebih ebsar untuk mengetahui opini publik terhadap perkembangan masa depan dan arah pendidikan, (9) administrator pendidikan harus lebih aktif mendorong perubahan-perubahan dalam perencanaan pendidikan, dan (10) ketika pemerintah tidak menguasai lagi semua aspek pendidikan maka harus lebih diupayakan kerja sama yang saling menguntungkan antara pemerintah-swasta-universitas yang memegang otoritas pendidikan.
Selain itu, terdapat dua strategi penting dalam perencanaan pendidikan, yaitu (1) Penetapan target, dan (2) penetapan prioritas. Menyangikut strategi kedua ini terdapat nema area kiritas yang harus dipertimbangkan, yaitu pilian antara tingkat pendidikan, pilihan antara kuantitas dan kualitas, pilihan antara ilu pengetahuan dan teknologi dengan pengetahuan budaya, pilihan antara pendidikan formal dan pelatihan nonformal, pilihan tetang insentif serta piliahn tetang tujuan pendidikan.
Memeprhatikan pembuatan program pendidikan yang berkualitas, kondisi-kondisi yang mendukung suksesnya perencaqnaan pendidikan dan strategi-strategi penting dlaam perencanaan pendidikan maka perlu disusun langkah-langkah perencanaan pendidikan. Langkah-langkah proses perencanaan pendidikan di Lingkungan Depdiksnas biasa disebut siklus Perencanaan. Langkah-langkah tersebut adalah kegiatan analisis keadaan sekarang, perkiraan keadaan yang akan datang, perumusan tujuan yang akan diapai, analisis dan diagnosis, pengembangan alternatif, proses pengambilan keputusan penentuan kebijakan, penentuan program dan prioritas perhitungan anggaran, perumusan rencana, penyusunan rincian rencana, melaksanakan rencana, evaluasi rencana dan revisi rencana.
Program pendidikan yang berkualtias harus menarik atau atraktif bagi siswa, orang tua, masyarakat lokal atau sponsor, pemodal potensial dan orang-orang yang menjalankan program itu sendiri seperti pengajar, administrator dan stafnya. Untuk menjadi atraktif maka program pendidikan harus responsif terhadap kebutuhan dan ketertarikan populasi khusus sat itu atau calon siswa.
Program pendidikan yang berkualtias juga harus bermanfaat karena programpendidikan bisa saja atraktif, tetapi tidak berkualtias tinggi bila mengabaikan pentingnya masalah, kebutuhan dan perhatian masyarakat dimana lembaga pendidikan itu ebrada. Program pendidikan akan berkualitas tinggi bila bermanfaat bagi siswa, guru atau pengajar dan staf serta masyarkaat di luar sekolah/
P[rogram pendidikan yang berkualtias harus kongruen dalam arti terdapat kesesuaian antara yang ditawarkan dengan kenyataannya. Pengalamna belajar akan berkualtias bila materi yang diberikan sesuai dengan yang dijanjikan lembaga pendidikan itu sebelumnya dan nilai-nilai yang diekspresikan sesuai dengan
Program pendidikan yang berkualtias harus efektif. Program pendidikan akan berkualtias bila harsil belajar yang dimaksud telah didefinsiikan secara jelas dan pencapiaan belajar didokumentasikan serta dikomunikasikan secara persuasif. Oleh karnea itu, perlu adanya evaluasi untuk mengetahui hasil yang diharapkan sudah terapati atau belum. Jadi, perencanaan akadmeik tidak hanya sekedar pada desainnya, tetapi juga pada implementasi dan evaluasinya.
Program pendidikan yang berkualtias juga harus fungsional dalam arti memiliki kebebasan belajar dan memfokuskan pada pengalaman belajar yang akan mempersiapkan dan membantu peserta didik untuk berkembang. Selain itu, juga membantu peserta didik untuk mengembangkan intelektualitas, personal atau kepribadian, pekerjaan atau keterampilan khusus, etika dan sikap yang akan bermanfaat dalam kehidupan dan masyarakat mendatang yang kompleks dan berubah-ubah.
Program pendidikan yang berkualtias harus terus tumbuh dalam arti meneydiakan berabgai cara untuk mengukur kebutuyan peserta didik. Juga membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang tingkat kematangannya dengan cara-cara yang memuaskan. Perkembangan yang diperhatikan adalah kognitif, afektif, etika, moral, sosial, fisik dan dimensi-dimensi intrapersonal.
Selain itu, program pendidikan yang berkualtias juga harus menunjukakn dua aspek pengaruh yatiu tingkat penetrasi dan penyebaran pengaruhnya. Pada program pendidikan yang berkualtias maka tingkat penetrasinya (dept of impact) harus mencakup tiga tahapan kurikulum, yaitu yang tertera pada katalog atau buletin, yang diajarkan oleh pengajar dan yang dipelajari oleh siswa.
Program pendidikan yang berkualtias juga harus memiliki sebaran pengaruh (breath of impact) yang berarti suatu program pendidikan tertentu akan menyambung dengan program pendidikan yang lain sehingga memerlukan kerja sama dengna program-program pendidikan yang lain dalam suatu institusi pendidikan secara lebih luas. Istilah lain terhadap hal ini adlaah pendidikan yang berkualtias hendaknya memiliki keberlanjutan (sustainability) yang tidak mengkotak-kotakkan ilmu dan pengetahuan berdasarkan disiplin ilmu, budaya, dan letak geografis.