ASUHAN KEBIDANAN DENGAN IKTERUS

| | Senin, 06 Februari 2012
|

Ikterus
Definisi
Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia. Ikterus merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadai pada bayi baru lahir, sebanyak 25-50% ada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi berat lahir rendah.


Pembagian
1.      Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikteru normal yang dialami oleh bayi baru lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus. Ikterus fisiologis ini memiliki tanda-tanda berikut:
a.       Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.
b.      Kadar bilirubin inderect tidak lebih dari 10 mg% pada neonats cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c.       Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari.
d.      Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%
e.       Ikterus mengilang pada 10 hari pertama
f.        Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan kedaan patologis

2.      Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a.       Ikterus terjadi dalam 24 jam pertam a
b.      Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pad aneonatus cukup bulan.
c.       Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
d.      Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
e.       Kadar bilirubin direct lebihd ari 1 mg%
f.        Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik

Daerah
Luas Ikterus
Kadar Bilirubin (mg%)
1
Kepala dan leher
5
2
Daerah 1 + badan bagian atas
9
3
Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai
11
4
Daerah 1, 2, 3 + lengan dan kaki d bawha tungkai
12
5
Daerah 1, 2, 3, 4 + tangan dan kaki
16

Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus, yaitu sebagai berikut:
1.      Prahepatik (ikterus hemolitik)
Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.
2.      Pascahepatik (obstruktif)
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan bilirubin konjungasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk ke dalam aliran darah, kemudian sebagian masuk dalam ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara itu, sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi saluran empedu menyebabkan ekresi bilirubin ke dalam saluran pencernaan berkurang, sehingga fases akan berwarna putih keabu-abuan, liat, dan seperti dempul.
3.      Hepatoseluler (ikterus hepatik)
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel ahti, apabila sel hati mengalami kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat dalam aliran darha. Bilirubin direct mudah dieksresikan oleh ginjal karena sifatnya mudah larut dalam air, namun sebagian masih tertimbun dalam aliran darah.

Gambaran Klinis
Gambaran klinis paling nyata terlihat ada pada perubaan warna kulit dan sklera yang menjadi kuning.

Penatalaksanaan
1.      Ikterus fisiologis
a.       Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
b.      Lakukan perawtan bayi sehari-hari, seperti:
-         Memandikan
-         Melakukan perawatan tali pusat
-         Membersihkan jalan nafas
-         Menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit
c.        Ajarkan ibu cara:
-         Memandikan bayi
-         Melakukan perawtan tali pusat
-         Menjaga gar bayi tidak hipotermi
-         Menjemur bayi di bawah sinar mathaari pagi, kurang lebih 30 menit.
d.      Jelaskan pentingnya hal-hal seperti:
-         Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin
-         Menjemur bayi di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang selama 30 menit, 15 menit dalam posisi terlentang, dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap
-         Memberikan asupan makanan bergizi tinggi bagi ibu,
-         Menganjurkan ibu dan pasangan untuk ber-KB sesegera mungkin
-         Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu
e.       Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah (misalnya fases berwarna putih keabu-abuan dan liat seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke puskesmas
f.        Anjurkan ibu untuk kontrol setelah 2 hari
2.      Hiperbilirubinemia sedang
a.       Berikan ASI secara adekuat
b.      Lakukan pencegahan hipotermi
c.       Letakkan bayi di tempat yang cukup sinar matahari ± 30 menit, selama 3-4 hari
d.      Lakukan pemeriksaan ulang 2 hari kemudian
e.       Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan bayi bertambah parah serta mengeluarkan fases bewarna putih keabu-abuan dan liat seperti dempul
3.      Hiperbilirubenemia berat
a.       Berikan informer consent pada keluarga untuk segera merujuk bayinya
b.      Selama persiapan merujuk, berikan ASI secara adekuat
c.       Lakukan pencegahan hipotermi
d.      Bila mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml.
Tabel 6.2
Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia pada Neonatus Cukup Bulan yang Sehat
(American Academy of Pediatrics)
Total Serum Bilirubin mg/dL (mmol/L)
Umur (jam)
Pertimbangkan terapi sinar
Terapi sinar
Transfusi tukar (terapi sinar gagal)
Transfusi tukar dan terapi sinar
< 24
*
*
*
*
24 < 48
³ 12 (170)
³ 15 (260)
³ 20 (340)
³ 25 (430)
49 < 72
³ 15 (260)
³ 18 (310)
³ 25 (430)
³ 30 (510)
< 72
³ 17 (290)
³ 20 (340)
³ 25 (430)
³ 30 (510)
* Neonatus cukup bulan dengan ikterus pada umur ≤ 24 jam, bukan neonatus sehat dan perlu evaluasi ketat.
Komplikasi
Kern ikterus (ensefalopati biliaris0 adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin inderect pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (> 20 mg% pada bayi cukup bulan atau > 18 mg% pada ybayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar, letargi, kejang, tau mau menghisap, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara dan retardasi mental di kemudian hari.
Penilaian
Kadar bilirubin darah dapat diukur dengan ikterometer dan metode Kramer (klinis)
Terapi sinar
Terapi sinar (light therapy) bertujuan untuk memecah bilirubin menjadi senyawa dipirol yang nontoksik dan dikeluarkan melalui urine dan fases. Indikasinya adalah kadar bilirubin darah ³ 10 mg% dan setelah atau sebelum dilakukannya transfusi tukar.
1.      Alat-alat yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a.       Lampu fluoresnsi 10 buah masing-masing 20 watt dengan gelombang sinar 425-275 nm, seperti pada sinar cool white, daylight, vita kite blue dan special bule.
b.      Jarak sumber cahaya bayi ³ 45 cm, diantaranya diberi kaca pleksi setebal 0,5 inci untuk menahan sinar ultrafviolet.
c.       Lampu diganti setiap 200 – 400 jam.
2.      Cara terapi
a.       Bayi telanjang, kedua mata ditutup, sedangkan posisinya diubah-ubah setiap 6 jam
b.      Suhu tubuh bayi dipertahankan sekitar 36,5 – 370 C
c.       Perhatikan keseimbangan elektrolit
d.      Pemeriksaan Hb teratur setiap hari
e.       Pemeriksaan bilirubin darah setiap hari atau dua hari, setelah terapi sebanyak 3 kali dalam sehari
f.        Mungkin timbul skin rash yang sifatnya sementara dan tak berbahaya (bronze baby)
g.       Lama terapi 100 jam atau bila kadar bilirubin darah sudah mencapai ≤ 7,5 mg%.
Transfusi Tukar
1.      Indikasi
a.       Kadar bilirubin inderect darah ³ 20 mg%
b.      Kenaikan kadar bilirubin inderect darah yang cepat, sebesar 0,3-1 mg% per jam
c.       Anemia berat disertai tanda payah jantung
d.      Bayi dengan Hb tali pusat < 14 mg% dan tes Coombs positif
2.      Alat-alat yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a.       Semprit tiga cabang
b.      Dua bauah semprit berukuran 5 atau 10 ml yang berisi Ca-glukonat 10% dan larutan heparin encer (2 ml masing-masing 1000 U dalam 250 ml NaCL 0,9%)
c.       Kateter polietilen kecil 15-20 cm atau pipa lambung berukuran F5-F8
d.      Bengkok dan botol kosong
e.       Alat pembuka vena (vena seksi)
f.        Alat resusitasi, seperti oksigen, laringoskop, ventilator, dan airway
3.      Teknik
a.       Kosongkan lambung bayi (3-4 jam ebelumnya jangan diberi minum, bila memungkinkan 4 jam ebelumnya diberi infus albumnin 1 gram/kgBB atau plasma manusia 210 ml/kgBB)
b.      Lakukan teknik aseptik pada daerah tindakan
c.       Awasi selalu tanda=-tanda vital dan jaga agar jangan sampai kedinginan
d.      Bila tali pusat masih segar, potong ± 3-5 cm dari dinding perut, Bila ali pusat sudah kering, potong rata dengan dinding perut untuk mencegah bahaya perdarahan tali pusat , lalu buat jahitan laso di pangkal pusat.
e.       Kateter polietilen diisi denganlarutan heparin kemudian salah satu ujungnya dihubungkan dengan semprit tiga cabang, sedangkan ujung yang lain dimasukkan dalam vena umbilikus sedalam 4-5 cm.
f.        Periksa tekanan pada vena umbilikalis dengan mencabut ujung luar dan mngangkat kateter naik + 6 cm.
g.       Dengan mengubah-ubah keran pada semprit tiga cabang, lakukan penukaran dengan cara mengeluarkan 20 ml darah dan memasukkan 20 ml darah. Demikian berulang-ulang sampai jumalh total yang keluar adalah 190 ml/kbBB dan darah yang masuk adalah 170 ml/kgBB. Selama proses pertukaran, semprit harus sering dibilas dengan heparin.
h.       Setelah darah masuk sektiar 150 ml, lanjutkan dengan memasukkan Caglukonat 10% sebanyak 1,5 ml dan perhatian denyut jantung bayi. Apabila lebihd ari 100 kali per menit waspadai adanya henti jantung
i.         Bila vena umbilikalis tak dapat dipakai, maka gunakan vena safena magna ± 1 cm di bawah ligamentum inguinal dan medical dari arteri femoralis
4.      Pascatindakan
a.       Vena umbilikalis dikompres, kateter dapat ditingkalkan lalu ditutup secara steril
b.      Berikan antibotik spektrum luas, misalnya kombinasi penisilin 50.000 U/kgBB per hari dengan Kanamcin 15 mg/kgBB selama 5-7 hari.
c.       Pemeriksaan Hb dan bilirubin darah dilakukan setiap 12 jam
d.      Berikan terapi sinar.
Dapus:
Vivian Nanny Lia Dewi, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Salemba Medika, Jakarta, 2011
http://datafilecom.blogspot.com



Artikel Terkait:

blog comments powered by Disqus

Mau Berlangganan Artikel Gratis dari Data File Com?

Tulis Email Anda disini:

Setelah Menekan Berlangganan, Kami Membutuhkan Verifikasi dari Email Anda, Agar Kami Bisa Mengirimkan Postingan Terbaru kami ke Email Anda, Jadi silahkan Cek Inbox Email anda setelah mendaftar, dan Klik Link Verifikasi

By Admin

 
..:A:..
Akhi Abdul
Agha'ku
Pak Haris Setiadji
anggasona-anotherbestblog
..:B:..
Blog_Vaganza
Blog Junaidi
...
..:C:..
...
..:D:..
...
..:E:..
E-One S
...
..:F:..
...
..:G:..
...
..:H:..
...
..:I:..
Imanq
Insurance Finance
...
..:J:..
...
..:K:..
KELPOLOVA
KETEP PASS
...
..:L:..
...
..:M:..
...
..:N:..
Nanie Granger
n66ee
...
..:O:..
...
..:P:..
...
..:Q:..
...
..:R:..
...
..:S:..
STAIN Metro
...
..:T:..
...
..:U:..
Urang Lembur
...
..:V:..
...
..:W:..
Wong Ganteng
...
..:X:..
...
..:Y:..
...
..:Z:..
...
Salam Hangat dariku
::| DFC |::
::|Admin|::

Page Rank
 
Back To Top