PRESENTASI MUNAQOSAH SKRIPSIKU "Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Kualitas Penyelesaian Tugas Belajar Pendidikan Agama Islam"

| View Comments | Jumat, 30 November 2012
|

Bismillah,

Alhamdulillah setelah sekian lama selesai juga Studiku di STAIN Jurai Siwo Metro, dan pada kesempatan ini saya ingin mencoba untuk berbagi bahan Presentasi Munaqosah Skripsi saya berupa File Power Point, berikut ini saya berikan Screenshotnya bagi yang berkenan untuk Mendownload saya persilahkan (Gratis) semoga dapat memberikan manfaat.
<
Judul "PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET TERHADAP KUALITAS PENYELESAIAN TUGAS BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 TRIMURJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012"



                                                                                                                                                                                           




Jika ingin tahu isinya sebelum mendownload silahkan dilihat melalui slide di bawah ini:


Tapi akan lebih terlihat Bagus jika dilihat langsung melalui Power Point, 
Persentasi di atas Hanya saya buat sebanyak 8 Slide dalam bentuk ringkasan2, terutama pada Latar Belakang saya buat isinya hanya berbentuk gambar serta beberapa keterangan pendukung, itu untuk mempermudah dalam proses mengingat serta menjelaskan bagi temen2 yang ingin membuat latar belakang masalah dalam bentuk presentasi, saran saya: 
  1. Pahami Masalah: Silahkan buat gambaran ringkas mengenai permasalahan menjadi sebab diangkatnay penelitian anda 
  2. Buat oret-oretan mengenai permasalahan tersebut, dalam membuat oret-oretan sebaiknya anda memahami alurnya sehingga ketika anda ingin meingingat kembali apa yang akan anda jelaskan anda hanya cukup melihat alur dari oret2tan anda 
  3. Tuangkan Imajinasi Anda: Selanjutnya buat saja imajinasi dari hasil oret2tan anda baik dalam berupa gambar ataupun seperti peta konsep melalui Power Point dan Ingat hasil Imajinasi yang Baik akan Muncul jika Kita memiliki Pengetahuan Yang Baik Pula;
  4. Jangan Tegang & Pelajari Materi: Jangan terlalu tegang dan paling utama adalah Kuasai Dahulu atau setidaknya pelajari Skripsi yang anda buat sehingga dalam proses pembuatan ringkasan ataupun oret2tan akan lebih mudah.
  5. Tulis Kemungkinan Pertanyaan: Tidak kalah pentingnya adalah ketika anda mempelajari Skripsi yang anda buat siapkan Bolpoint dan kertas untuk menulis kemungkinan2 pertanyaan yang akan diajukan biasanya itu akan muncul ketika kita membaca Skripsi kita dan kita mengetahui ada beberapa hal mungkin kesalahan ataupun memang hal yang memungkinkan orang yang membaca akan bertanya-tanya mengenai kalimat tersebut, dan jangan Lupa SIapkan Jawaban dari kemungkinan2 pertanyaan tadi 
  6. Rileks: jangan lupa tetap rileks agar bisa berfikir dengan baik ~(senyum)~ dan Pasang Wajah Menyakinkan diadapan Para Dosen
  7. Buat SenNSaSi Baru: Pada Umumnya Munaqosah ataupun Seminar Skripsi (dari pengalaman saya) mereka mempresentasikan Hasil Penelitiannya hanya dengan gaya itu2 saja dalam artian hanya Duduk dan membaca hasil Penelitiannya di depan Meja Dosen meskpun sudah menggunakan Power Point tetap saja dalam kondisi duduk, Jadi Cobalah untuk menggunakan Media yang anda buat dengan semaksimal mungkin, apalagi bagi anda yang mengambil Pendidikan Guru, coba bayangkan bahwa Munaqosah adalah Presentasi Terakhir anda di Depan Dosen untuk tingkatan pendidikan yang sedang anda tempuh!!!, tidakkah anda ingin membuat sesuatu yang sempurna dihadapan Dosen anda? kalo iya ... mungkin anda bisa merubah gaya presentasi yang monoton tersebut dengan cara Berdiri  kemudian memberikan penjelasan dari bahan Presentasi yang anda Buat dihadapan Dosen Penguji, insyaAllah akan terlihat lebih baik, selama tidak menyimpang ~(senyum)~.
  8. Sekian Tips dan Saran dari saya Semoga Bermanfaat, dan tidak boleh disalah gunakan (senyum) kalo ada yang kurang jelas boleh ditanyakan
Ok langsung silahkan bagi rekan2 yang berkenan mendonload bisa langsung donwload melalui link dibawah ini: 





Semoga Bermanfaat ~( Senyum )~

d


Selengkapnya…


Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad: Ahli Hadits Madinah Abad Ini

| View Comments | Minggu, 25 November 2012
|

Beliau adalah al-Allamah al-Muhaddits al-Faqih az-Zahid al-Wara’ asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-’Abbad al-Badr -semoga Allah memelihara beliau dan memperpanjang usia beliau dalam ketaatan kepada-Nya dan memberkahi amal dan lisan beliau-, dan kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah Azza wa Jalla. Beliau lahir di ‘Zulfa’ (300 km dari utara Riyadh) pada 3 tahun 1353H. Beliau adalah salah seorang pengajar di Masjid Nabawi yang mengajarkan kitab-kitab hadits seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan saat ini beliau masih memberikan pelajaran Sunan Turmudzi. Beliau adalah seorang ‘Alim Rabbaniy dan pernah menjabat sebagai wakilmudir (rektor) Universitas Islam Madinah yang waktu itu rektornya adalah al- Abdul Aziz bin Bazz -rahimahullahu-.

Beliau sangat dekat dengan al-Imam al-Allamah Abdul Aziz bin Bazz -rahimahullahu-, bahkan karena kedekatan beliau dengan al-Imam, ketika Imam Bin Bazz tidak ada (tidak hadir), maka Syaikh Abdul Muhsinlah yang menggantikan beliau, sehingga tak heran jika ada yang mengatakan bahwa Universitas Islam Madinah dulu adalah universitasnya Bin Bazz dan Abdul Muhsin.
Semenjak kecil beliau telah biasa berkutat dengan ilmu, sehingga ketika beliau telah menginjak dewasa, tampak pada beliau perangai dan skill sebagai seorang muhadits yang ulung, yang sering dirujuk olehmasyaikh dan thullabul ilmi lainnya. Kedekatan beliau dengan masyaikh kibar telah mengukir keilmuan beliau hingga saat ini, dimana usia beliau saat ini kurang lebih 73 tahun dan beliau masih sanggup untuk memberikan muhadharah dan nasihat dan menyampaikan pelajaran hadits (terutama Sunan Abi Dawud) baik riwayah maupun dirayah. Beliau juga masih menjadi dosen di Universitas Islam Madinah dengan izin khusus kerajaan yang mana hal ini menunjukkan kesungguhan beliau dalam berdakwah dan menuntun umat ke jalan yang lurus dan benar.
Di antara guru-guru beliau adalah :
al-Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim -rahimahullahu-
al-Allamah Abdullah bin Abdurrahman al-Ghaits -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithy -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdurrahman al-Afriqy -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdur Razaq Afifi -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Umar Falatah -rahimahullahu-
dan masih banyak lagi. Yang disebutkan di atas adalah guru-guru beliau yang paling mempengaruhi diri beliau.
Beliau memiliki putra yang juga ‘alim yang bernama Syaikh Abdur Razaq bin , yang produktif dan cemerlang. Beliau memiliki banyak murid, di antaranya adalah:
Syaikh al-Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhaly
Syaikh al-Allamah Ubaid al-Jabiry
Syaikh al-Allamah Abdul Malik Ramadhani al-Jazairy
Syaikh al-Allamah Sulaiman ar-Ruhaily
Syaikh al-Allamah Ibrahim ar-Ruhaily
Dan masih banyak lagi.
Sumber: ahlulhadist.wordpress.com

.
Selengkapnya…


Khutbah Jum'at : Renungan Bagi Musafir

| View Comments |
|



Mungkin Anda mengira bahwa musafir di sini adalah setiap orang yang sedang melakukan perjalanan jauh. Tetapi, itu bukanlah yang dimaksud. Bahkan musafir di sini adalah setiap manusia yang tinggal di dunia. Mengapa kita sebut sebagai “musafir”? Hal itu, karena hidup manusia di dunia hanya sementara dan akan pergi meninggalkannya seperti halnya seorang musafir. (Redaksi, www.khotbahjumat.com )
***
بسم الله الرحمن الرحيم

Renungan bagi Musafir

KHOTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ بِالْحَقِّ وَالْعَدْلِ وَيَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ ، يُقَدِّرُ اْلأُمُوْرَ بِحِكْمَةٍ ، وَيَحْكُمُ بِالشَّرَائِعِ لِحِكْمَةٍ وَهُوَالْحَكِيْمُ اْلعَلِيْمُ ، أَرْسَلَ الرُّسُلَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ، وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ اْلكِتَابَ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَااخْتَلَفُوْافِيْهِ ، وَلِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَيُؤْتُوْا كُلَّ ذِيْ حَقٍّ حَقَّهُ مِنْ غَيْرِغُلُوٍّوَلاَتَقْصِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَمَ تَسْليمًا
 Jamaah Jumat rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.


Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah

Mungkin Anda mengira bahwa musafir di sini adalah setiap orang yang sedang melakukan perjalanan jauh. Tetapi, itu bukanlah yang dimaksud. Bahkan musafir di sini adalah setiap manusia yang tinggal di dunia. Mengapa kita sebut sebagai “musafir”? Hal itu, karena hidup manusia di dunia hanya sementara dan akan pergi meninggalkannya seperti halnya seorang musafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ اْلأَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghaafir: 39)

Namun sayang seribu sayang, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa hidupnya di dunia hanya sementara. Padahal hal ini merupakan kebenaran yang tidak diragukan lagi dan kepastian yang tidak disangsikan lagi. Pernahkah Anda melihat ada orang yang hidup kekal di dunia dan tidak mati? Kalau pun ia diberi usia yang panjang, cobalah perhatikan akhirnya, ia akan tetap mati juga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
Sesungguhnya kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (QS. Az Zumar: 30)
Al-Fudhail pernah berkata kepada seseorang: “Sudah berapa lama kamu menjalani hidup?” ia menjawab: “Enam puluh tahun.” Fudhail berkata: “Sudah enam puluh tahun Anda mengadakan perjalanan menuju Tuhanmu, dan sebentar lagi kamu akan sampai”, orang itu berkata: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun“, Fudhail berkata: “Tahukah Anda maksud ucapan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun“? sesungguhnya barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya ia meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan. Siapa saja yang meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan, maka hendaknya ia mengetahui bahwa dirinya akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban terhadap pertanyaan itu.”
Orang itu pun bertanya: “Lalu bagaimana jalan keluarnya?” Fudhail menjawab: “Mudah” orang itu bertanya, “Apa itu?” Fudhail menjawab, “Kamu perbaiki amalmu sekarang, niscaya amalmu di masa lalu akan diampuni. Hal itu, karena jika kamu malah memperburuk amalmu di masa sekarang, maka kamu akan diberi hukuman berdasarkan amal burukmu yang dahulu dan yang sekarang, dan amalan yang diperhatikan adalah amalan di akhir hayatnyaan amalan yang diperhatikan adalah akhirnya.”nya raaji’uun Fudhail berkata: “Tahukah Anda maksud ucapan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”? sesungguhnya barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya ia meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan.
Siapa saja yang meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan, maka hendaknya ia mengetahui bahwa dirinya akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban terhadap pertanyaan itu.” Orang itu pun bertanya: “Lalu bagaimana jalan keluarnya?” Fudhail menjawab: “Mudah” orang itu bertanya, “Apa itu?” Fudhail menjawab, “Kamu perbaiki amalmu sekarang, niscaya amalmu di masa lalu akan diampuni.
Hal itu, karena jika kamu malah memperburuk amalmu di masa sekarang, maka kamu akan diberi hukuman berdasarkan amal burukmu yang dahulu dan yang sekarang, dan amalan yang diperhatikan adalah amalan di akhir hayatnya.” Jika demikian, sudahkah Anda mempersiapkan amalan?
Pentingnya Muhasabah
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah
Muhasabah atau mengoreksi diri dan menghitung-hitung kesalahan adalah sesuatu yang sangat penting, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18)
Saudaraku, pernahkah Anda menyempatkan diri untuk berpikir sejenak tentang dirimu, apa saja ucapan yang Anda lontarkan dan apa saja perbuatan yang Anda lakukan? Pernahkah Anda menyempatkan diri untuk memperhatikan amal perbuatanmu apakah yang Anda lakukan merupakan amal shalih atau kemaksiatan? Jika maksiat, sudahkah Anda menutupinya dengan taubat dan istighfar? dan sudahkah Anda memperbaikinya dengan amal shalih?
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud: 114)
Cobalah berpikir sejenak dan sempatkanlah untuk itu sebelum tiba hari di mana saat itu tidak berguna lagi penyesalan:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّايَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِن نَّصِيرٍ
“Ya Tuhan Kami, keluarkanlah kami (dari neraka) niscaya Kami akan mengerjakan amal yang saleh berbeda dengan yang telah kami kerjakan”. dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Faathir: 37)
Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata: “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah dirimu sebelum kamu ditimbang.”
Keadaan Orang-Orang Terdahulu dengan Orang-Orang Sekarang
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ {57} وَالَّذِينَ هُم بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ {58} وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لاَيُشْرِكُونَ {59} وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ {60} أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ {61}
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka—Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,—Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),—Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka—Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al Mu’minuun: 57-61)
Aisyah radhiallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat di atas, ujarnya: “Apakah orang tersebut adalah orang yang mencuri, berzina dan meminum khmar, namun dirinya takut kepada Allah ‘Azza wa Jallla?” Beliau menjawab: “Tidak, wahai puteri Abu Bakar, puteri Ash Shiddiq. Akan tetapi, dia adalah orang yang melakukan shalat, berpuasa dan bersedekah sedangkan diri mereka takut kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Yakni mereka takut kalau seandainya ibadah mereka tidak diterima.
Seperti itulah keadaan kaum salaf yang terdahulu, mereka beribadah kepada Allah dengan rasa takut dan harap. Tidak seperti keadaan kta saat ini, hati kita takut tetapi masih tetap berbuat maksiat, hati kita berharap ingin masuk surga tetapi tidak mau beramal, sungguh jauh berbeda.
Ibnul Qayyim berkata, “Barang siapa yang memperhatikan para sahabat, dia akan mendapatkan mereka dalam keadaan banyak beramal dengan rasa takut yang tinggi. Adapun kita, kita menggabungnya dengan kurang beramal, bahkan kurang beramal dengan rasa aman.”
Dengarkan kata hati yang paling dalam!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وَعَلَى جَنْبَتَيْ الصِّرَاطِ سُورَانِ فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا وَلَا تَتَفَرَّجُوا وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ جَوْفِ الصِّرَاطِ فَإِذَا أَرَادَ يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ قَالَ وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ وَالصِّرَاطُ الْإِسْلَامُ وَالسُّورَانِ حُدُودُ اللَّهِ تَعَالَى وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللَّهِ تَعَالَى وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالدَّاعِي فَوْقَ الصِّرَاطِ وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ
Allah memberikan perumpamaan berupa jalan yang lurus. Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang halus. Dan di atas pintu jalan terdapat penyeru yang berkata, ‘Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua ke dalam shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari.’ Sementara di bagian dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di sampingnya, maka ia berkata, ‘Celaka kamu, jangan sekali-kali kamu membukanya. Karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk kedalamnya.’ Ash Shirath itu adalah Al Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan shirath itu adalah Kitabullah (Alquran) ‘Azza wa Jalla. Sedangkan penyeru dari atas shirath adalah penasihat Allah (naluri) yang terdapat pada setiap hati seorang mukmin.” (HR. Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Khalid bin Ma’dan radhiallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada seorang hamba pun kecuali memiliki dua mata di wajahnya, di mana dengan keduanya dia memandang dunia. Ada lagi dua mata yang ada di hatinya, di mana dengan keduanya dia memAndang akhirat. Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan membuka dua mata yang ada di hatinya, ia pun melihat janji Allah yang masih ghaib, dan apabila Allah menghendaki selain itu, maka Allah akan membiarkan keadaannya”, kemudian ia membaca ayat:
أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).”
Ya,
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ , أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله َلِيْ وَلَكُمْ وَلِكَافَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ , فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 KHOTBAH KEDUA

اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار
 Cara Muhasabah
Ibnul Qayyim menjelaskan cara memuhasabah diri yaitu sbb:
Pertama, melihat amalan fardhu, jika dilihatnya ada yang kurang, maka ia berusaha mengejarnya.
Kedua, melihat larangan, jika dilihatnya bahwa dirinya mengerjakan larangan, maka ia tutupi dengan taubat dan istighfar serta mengiringinya dengan amal saleh yang memang dapat menghapusnya.
Ketiga, melihat sikap lalai pada dirinya, maka disusul dengan dzikr dan mendekatkan diri kepada Allah.
Keempat, melihat tindakan yang dilakukan anggota badan, ucapan yang dilontarkan oleh lisan, langkah yang dilakukan oleh kaki, gerakan yang dilakukan oleh tangan, pandangan yang dilihat oleh mata dan pendengaran yang dilakukan oleh telinga untuk apa semua dilakukan? Karena siapa melakukannya dan bagaimana bentuk yang dilakukannya?
Jangan Hilangkan Pahala Amal dengan Kemaksiatan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ » . قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ . فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ » .
“Tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab: “Menurut kami, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham dan harta benda.” Beliau menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, puasa, zakat dan amal saleh lainnya, namun ia pernah memaki si fulan, menuduh si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul badan si fulan. Lalu untuk membayar perlakukannya, dibayarlah dengan amal salehnya yang akan diberikan ke si fulan dan si fulan. Sehingga ketika amal salehnya habis padahal belum selesai pembayaran dari amal salehnya, maka dosa-dosa orang lain diambil dan diletakkan kepada dirinya sehingga ia pun dilempar ke neraka.” (HR. Muslim)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ مَقَامِنَا هَذَا وَفِيْ انْتِظَارِفَرِيْضَةٍ مِنْ فَرَائِضِكَ اَّلتِيْ مَنَنْتَ بِفَرْضِهَا عَلَيْنَا نَسْأَلُكَ بِأَنْ نَشْهَدَ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ اْلأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ , يَا مَنَّانُ ياَ بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ, يَا ذَاالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ , يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ, نَسْأَلُكَ أَنْ تُحَبِّبْ إِلَيْنَا اْلإِيْمَانَ وَتُزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِنَا وَتُرَسِّخْهُ فِيْهَا وَأَنْ تُكْرِهْ إِلَيْنَا اْلكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَتُبَاعِدْهَا عَنَّا وَأَنْ تُهَيِّئْ لِْلأَمَّةِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ مِنْ أَمْرِهَا رُشْدًا وُلاَةً صَالِحِيْنَ يَقْضُوْنَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُوْنَ لاَ يَخَافُوْنَ فِيْ اللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ لاَ يُحَابُّوْنَ قَرِيْبًا لِقُرْبِهِ وَلاَ قَوِيًّا لِقُوَّتِهِ , وَأَنْ تَحْفَظَ عَلَيْنَا دِيْنَنَا وَتُثْبِتَنَا عَلَيْهِ إِلَى الْمَمَاتِ إِنَّكَ جَوَادٌ كَرِيْمٌ

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at

download ebook khotbah jumat renungan bagi musafir (317)
 Marwan bin Musa
Kata kunci: Khutbah Jumat, khutbah jum’at, gaya hidup, naskah khutbah, khotbah, gaya hidup islami, gaya hidup jahili, cobaan, persatuan, renungan, pemutus kenikmatan, kematian, shalat, beramal, cobaan, ikhlas, istiqamah, kasih sayang, rahmat, fitnah, akhir zaman, persiapan menghadapi kematian, pintu-pintu, rezeki, lalai, taubat, tauhid, saudaraku berhentilah!, ujub, keadilan islam, musibah, musafir, renungan.


Sumber: Khutbah Jum'at .Com


.
Selengkapnya…


Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mendidik Seorang Anak (Bag. Pembahasan Point D)

| View Comments |
|

Pendidikan Anak
Kedua orang tua merupakan pendidik bagi anak-anak mereka, keduanyalah yang akan mencetak generasi-generasi penerus sesuai dengan apa-apa yang ia ajarkan kepada anaknya, seorang ayah adalah pemimpin bagi penghuni rumahnya, maka dia akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dia pimpin. Demikian pula seorang istri, dia adalah pemimpin di dalam rumahnya dan akan diminta pertangung jawaban atas aa yang ia pimpin. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kedua orang tua untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan di dalam mencetak generasi penerus yang dicintai oleh Allah.
Berikut ini penulis paparkan beberapa poin-poin yang harus diperhatikan di dalam mendidik anak:
1.      Memenuhi Hak-Hak Anak

Disebutkan dalam atsar bahwa diantara hak anak terhadap orang tuanya adalah dididik dengan baik dan diberi nama yang baik. Umar radiallahu’anhu mengatakan, bahwa diantara hak anak terahadap orang tuanya adalah diajari baca tulis dan memanah serta tidak diberi rizki kecuali dengan yang halal dan baik. Diriwayatkan pula oleh Umar radiallahu’anhu bahwa ia mengatakan, ”Nikahilah wanita yang shalih, karena unsur keturunan itu berpengaruh”.[1]

2.      Menggunakan Cara Yang Baik Dalam Mendidikan Anak
Setiap anak memiliki karakteristik kejiwaan yang berebda-beda, kedua orang tua haruslah memahami perbedaan karakter tersebut, sehingga dia dapat masuk ke dalam jiwa, dan menyelam ke dalam dunia mereka yang masih bersih dan jernih, untuk selanjutnya menanamkan nilai-nilai yang tinggi dan sifat-sifat terpuji serta akhlak karimah dengan menggunakan cara yang baik.
Secara alamiah, kepribadian seorang ibu sangat dekat dengan anak-anaknya dan mencintai mereka. Dia pandai menarik hati mereka, sehingga mereka senantiasa membuka jiwa dan hati bagi sang ibu yang dicintainya. Mereka mengungkapkan berabgai permasalahna yang dihadapinya, sang ibupun menanggapinya dan berusaha untuk mengatasi dan mengarahkan mereka serta emngendalikan perasaan mereka, dengan tetap memperhatikan tingkat pemikiran dan usia mereka. Terkadang dia dia bermain dan bercanad dengan mereka, dan terkadang juga berbasa-basi dengan mereka sembari menyampaikan ungkapan-ungkapan yang menyenangkan, lemah lembut dan penuh kasih sayang. Yang semuanya itu menambah mereka semakin cinta dan sayang kepadanya, dan tidak merasa bosan mendengarkan arahan dan bimbingannya, sehingga dengan kesadaran hati mereka menjalankan perintah dan menerapkan nasihatnya. Ada perbedaan antara ketaan yang sebenarnya yang bersumber dari hati dan yang berdasarkan atas cinta ksaih, penghormatan, penghargaan dan kepercayaan, dengan ketaan palsu yang berdasar pada kekasaran, kekerasan, paksaan, dan ketidakhormatan. Dimana ketaan pertama merupakan ketaan abadi, kuat dan membuahkan hasil, sedangkan kedua adalah ketaatan temporer dan mandul serta akan cepat sirna dengan hilangnya kekerasan, kekasaran dan paksaan.[2]
Pernyataan di atas tidak berarti peran tersebut hanya dipegang oleh seorang ibu, akan tetapi seorang ayah juga berperan penting dalam memberikan pendidikan secara lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada seorang anak.
Berikut ini adalah salah satu gambaran kasih sayang Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam kepada anak kecil yang dengan hal tersebut beliau juga mendidik dan melatih mereka. Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya, dari hadits Hudzaifah radiallahu’anhu, beliau berkata:
”Jika kami menghadiri sebuah jamuan makan bersama Nabi shalallahu’alaihiwasallam, maka kami tidak akan meletakkan tangan kami pada makanan kecuali jika Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam, memulainya. Pada suatu kesempatan, kami menghadiri jamuan makan bersama beliau, kemudian datanglah seorang anak wanita seakan-akan dia didorong[3]sehingga meletakkan tangannya pada makanan, lalu Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam mengambil tangannya. Selanjutnya datanglah seorang Arab Badui, seakan-akan dia didorong lalu Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam mengambil tangannya dan bersabda, ’Sesungguhnya syaitan akan memakan makanan yang tidak disebutkan padanya Nama Allah, dan sesungguhnya dia mendorong anak wanita ini agar dia bisa makan, lalu au memegang tangannya, kemudian dia mendorong seorang Arab badui agar dia bisa makan, lalu akupun mengambil tangannya. Demi dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, sesungguhnya tangannya (tangan syaitan) ada pada tanganku beserta tangannya.”[4]
3.      Memberikan Cinta dan Kasih Sayangnya Kepada Anak
Kedua orang tua yang benar-benar bertakwa senantiasa menyayangi anak-anaknya, karena memberikan kasih sayang merupakan moral Islam yang sangat mendasar, yang oleh Rasulullah shallahu’alaihiwasallam diperintahkan baik melaui ucapan maupun perbuatan.[5] Dan, kasih sayang ini merupakan akhlak yang paling menonjol, terutama kepada anak-anak, sebagaimana yang diceritakan Anas Radhiallahu’anhu:
”Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih sayang kepada keluarganya selain Rasulullah shallahu’alaihiwasallam. Pada aat ibrahim hendak dicarikan wanita yang menyusuinya dari kalangan keluarga Madinah, beliau pergi dan kami bersamanya allu menciumnya, dan kemudian pulang.[6]
Kasih sayang Rasulullah shallahu’alaihiwasallam meluas dari tunas-tugas Muslim yang mekar sampai ke anak-anak kecil yang masih senang bermain. Beliau senantiasa menanamkan kelembutan dan kasih sayangnya kepada mereka. Sebagaimana diriwayatkan Anas Radiallahu’anhu bahwa ”Setiap kali Rasulullah shallahu’alaihiwasallam berjalan melewati anak-anak kecil beliau senyum dan memberikan salam kepada mereka.”[7]
Rasulullah shallahu’alaihiwasallam adalah seorang pendidikan besar yang senantiasa berusaha membentuk jiwa supaya mengalir di dalamnya sumber-sumber kasih sayang, dan membuka saluran-saluran yang tersumbat supaya mengalir cinta dan kasih sayang yang merupakan ciri utama dari ciri-ciri khusus manusia.
Lihatlan kasih sayang penuh kelembutan yang tulus dan rasa hormat yang terjalin antara sebaik-baik ayah di permukaan bumi ini dan sebaik-baik seorang anak perempuan. Lihatlah jalinan yang terikat antara Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam dengan putrinya, Fathimah, salah seorang pemimpin wanita di dalam surga.
Setiap kali Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam, menemuinya, maka dia akan menyambutnya dengan berdiri dan menciumnya lalu mempersiapkan beliau untuk duduk. Emikian pula yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam, karena dialah yang mengajarkan dan yang membimbingnya. Setiap kali Fathimah datang, maka beliau akan berdiri, menciumnya dan mempersilahkannya untuk duduk.[8]
Inilah hadits yang menceritakan kisah tersebut:
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at Tirmidzi, An Nasa’i dan yang lainnya dengan sanad yang shahih dari hadits Ummul Mukminin, ’Aisyah radiallahu’anhu, beliau berkata:
”Tidak pernah aku melihat seorang yang lebih menyerupai Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam, di dalam rupa, keadaan, dan tingkah laku dari pada Fatimah Karramallahu Wajhaha. Jika dia datang kepada beliau, maka beliau berdiri menyambutnya, mengambil tangannya, menciumnya dan mendudukkannya di tempat duduknya. Dan jika beliau yang datang kepadanya, maka dia berdiri menyambutnya, mengambil tangannya, menciumnya dan mendudukannya di tempat duduknya”. [9]
4.      Tidak Pilih Kasih / Bersikap Adil Dalam Memberikan Kasih Sayang
Sesungguhnya rasa cinta seseorang kepada sebagian dari anaknya yang melebihi anak lainnya adalah hal yang wajar dan tidak mengapa selama tidak menimbulkan sikap yang timpang atau zhalim kepada yang lainnya. Rasa cinta adalah sebuah tabi’at yang diberikan oleh Allah subhanahuwata’ala ke dalam hati seseorang.
Seorang anak yang shalih, rajin melakukan sholat, puasa dan selalu ebrbuat baik kepada kedua orang tua jelas lebih abik daripada seorang anak yang bodoh, selalu ebrbuat maksiat dan durhaka kepada kedua orang tua. Hanya saja tidak semestinya seorang ayah menampakkan kecintaannya kepada anak tersebut secara berlebihan kecuali dengan beberapa alasan, seperti ucapan anda keada anak yang lainnya, ”Ayah mencintainya kaerna dia rajin sholat dan puasa”. Sikap seperti itu terkadang menjadi motivasi bagi yang lain agar mengikutinya. Contoh lain adalah ungkapan Anda, ”saudaramu itu orang baik dan roang yang penuh dengan keutamaan karena ia tidak pernah menyakiti hati orang lain dan tidak pernah banyak berbicara yang tidak ada gunannya”. Etagsnya, semua ungkapan itu ditujukan sebagia motivasi bagi yang lainnya agar melakukan kebaikan seperti yang dilakukan oleh saudara mereka.[10]
Akan tetapi rasa cinta tersebut tidak boleh menjadikan orang tua berlaku dzalim kepada anak yang lainnya dengan menghilangkan hak atau dengan meremehkan mereka, bahkan rasa cinta yang berlebihan kepada seorang anak tanpa alasan akan menumbuhkan kecemburuan pada diri anak yang lainnya.
Perlakuan adil anak juga dapat digambarkan di dalam memberikan hadiah kepada anak-anak, hal ini juga dijelaskan di dalam sebuah Hadits An Nu’man bin Basyir radiallahu’anhu, beliau berkata: 
أَعْطَانِي أَبِي عَطِيَّةً فَقَالَتْ عَمْرَةُ بِنْتُ رَوَاحَةَ لَا أَرْضَى حَتَّى تُشْهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أَعْطَيْتُ ابْنِي مِنْ عَمْرَةَ بِنْتِ رَوَاحَةَ عَطِيَّةً فَأَمَرَتْنِي أَنْ أُشْهِدَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَعْطَيْتَ سَائِرَ وَلَدِكَ مِثْلَ هَذَا قَالَ لَا قَالَ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ قَالَ فَرَجَعَ فَرَدَّ عَطِيَّتَهُ
An Nu'man bin Basyir radliallahu 'anhuma berkhutbah diatas mimbar, katanya: "Bapakku memberiku sebuah hadiah (pemberian tanpa imbalan). Maka 'Amrah binti Rawahah berkata; "Aku tidak rela sampai kamu mempersaksikannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Maka bapakku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "Aku memberi anakku sebuah hadiah yang berasal dari 'Amrah binti Rawahah, namun dia memerintahkan aku agar aku mempersaksikannya kepada anda, wahai Rasulullah". Beliau bertanya: "Apakah semua anakmu kamu beri hadiah seperti ini?". Dia menjawab: "Tidak". Beliau bersabda: "Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah diantara anak-anak kalian". An-Nu'man berkata: "Maka dia kembali dan Beliau menolak pemberian bapakku".[11]
Bertolak dari hal di atas orang tua yang bertakwa dan cerdas serta berbuat adil kepada semua anaknya tidak akan pernah mengutamakan salah satu dari anaknya atas anaknya yang lain, baik itu dalam memberikan uang jajan, hadiah atau dalam memberikan kasih saying kepadanya. Dengan demikian, hati mereka semua akan senantiasa terbuka untuknya dan lidahnya selalu basah memanjatkan doa bagi kedua orang tua serta akan senantiasa berbakti, menghargai dan menghormati orang tua. 
5.      Tidak Mendo’akan Kejelekan Bagi Anak
Jauhilah mendo’akan kejelekan untuk anak-anak Anda. Karena ditakutkan do’a tersebut bertepatan dengan waktu dikabulkannya do’a, sehingga do’a tersebut dikabulkan oleh Allah, dan akhirnya Anda menyesali akibat perbuatan anda.
Diriwayatkan di dalam Shohih Muslim, dalam hadits yang panjang dari Jabir Radiallahu’anhu, sesungguhnya seseorang berkata kepada untanya:
شَأْ لَعَنَكَ اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ هَذَا اللَّاعِنُ بَعِيرَهُ قَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ انْزِلْ عَنْهُ فَلَا تَصْحَبْنَا بِمَلْعُونٍ لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لَا تُوَافِقُوا مِنْ اللَّهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ
Hus, semoga Allah melaknatmu. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bertanya: "Siapa yang melaknat untanya itu?" ia menjawab: Saya, wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Turunlah, jangan menyertai sesuatu yang terlaknat. Janganlah kalian mendoakan keburukan pada diri kalian, jangan mendoakan keburukan pada anak-anak kalian, jangan mendoakan keburukan pada harta-harta kalian. Jangan sampai kalian berdo’a, bertepatan dengan saat dimana permohonan kepada Allah dikabulkan, sehingga permohonan kalianpun dikabulkan.[12]
6.      Mewaspadai Segala Hal Yang Mempengaruhi Pembentukan Dan Pembinaan Anak
Orang tua yang bertakwa akan selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya baik itu dalam hal tingkah laku, aktivitas, dan hobinya, mengetahui apa yang mereka baca dan apa yang mereka tulis, juga teman-teman mereka dan kemana mereka pergi. Semua itu diketahuinya dengan tidak menjadikan anak merasa diawasi. Apabila dia mendapatkan mereka melakukan penyimpangan, baik dalam hal pendapat, pandangan maupun hobi, atau ketergantungan pada teman yang berperangai buruk, suka pergi ke tempat-tempat maksiat, mempunyai kebiasaan berbahaya seperti, merokok dan lain-lainnya, bermain-mainan yang dilarang karena bertentangan dengan akhlak seorang muslim, membuang-buang waktu dan tenaga, maka hendaknya kedua orang tua segera meluruskan penyimpangan tersebut dan mengarahkan ke jalan yang beanr dengan cara lemah lembut, bijak dan penuh kasih saying.[13]
7.      Menanamkan Akhlakul Karimah Pada Anak
Orang tua yang benar-benar sadar akan senantiasa menanamkan akhlakul karimah (akhlak terpuji) ke dalam diri anak-anaknya, berupa cinta kasih kepada orang lain, menyambug silaturahmi, membantu orang-orang lemah, menghormati orang tua, menyayangi anak kecil, jujur dalam ucapan dan perbuatan, menepati janji, adil dalam mengambil keputusan, dan lain sebagainya yang termasuk akhlak terpuji.[14]
Orang tua yang cerdas pasti akan mengetahui bagaimana menyusup ke dalam jiwa anak yang paling tersembunyi lalu menanamkan sifat-sifat mulia dan akhlak terpuji tersebut, dengan menggunakan cara yang baik dan tepat dan dengan memberikan suri teladan yang baik, bergaul dan memperlakukan dengan baik, penuh kelembutan, persamaan, keadilan serta memberikan nasihat dan bimbingan, lemah lembut tetapi tidak terlihat lemah, tegas tetapi tidak terlihat sadis. Selain itu, juga mengajarkan berdiskusi dan tukar pikiran dengan cara yang tidak menjemukan. Dengan demikian itu anak-anak akan tumbuh secara normal dengan menunjukkan kedewasaan, wawasan yang luas, pemikiran matang, shalih, berbakti, dan mampu memberikan sumbangan yang dibutuhkan, dan siap membangun kehidupannya. [15] Sehingga pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tua itu akan menghasilkan buah yang manis. Karena sesungguhnya kedua orang tua adalah madrasah (sekolah) pertama dalam pendidikan bangsa, dan dia adalah guru pertama bagi generasi-generasi cerdas.



[1] Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jaza’iri, Minhajul Muslim, (Jakarta: Darul Hak, 2006). h. 128
[2] Muhammad Ali Al Hasyimi, Op Cit., h. 200
[3] Maksudnya adalah seakan-akan seseorang telah mendorongnya. Hal ini karena ada sesuatu yang mendorongnya.
[4] HR. Muslim (no. 2017)
[5] Muhammad Ali Al Hasyimi, Op Cit., h. 205
[6] HR. Muslim
[7] Mutafaq Alaih
[8] Mushthofa al-‘Adawi, Ensiklopedi Pendidikan Anak, Pustaka Al Inabah, Bogor, h. 217
[9] HR. Abu Dawud (no. 5217), at-Tirmidzi (no. 3872) dan an-Nasa-I (Fadhaailush Shahaabah 264)
[10] Mushthofa al-‘Adawi, Op.Cit,  h. 192
[11] HR.  Bukhori (no. 2587) dan Muslim (no. 1623)
[12] HR. Muslim (no. 3009)
[13] Muhammad Ali Al Hasyimi, Op Cit., h. 212
[14] Ibid., h. 213
[15] Ibid., h. 214.
Selengkapnya…


Mau Berlangganan Artikel Gratis dari Data File Com?

Tulis Email Anda disini:

Setelah Menekan Berlangganan, Kami Membutuhkan Verifikasi dari Email Anda, Agar Kami Bisa Mengirimkan Postingan Terbaru kami ke Email Anda, Jadi silahkan Cek Inbox Email anda setelah mendaftar, dan Klik Link Verifikasi

By Admin

 
..:A:..
Akhi Abdul
Agha'ku
Pak Haris Setiadji
anggasona-anotherbestblog
..:B:..
Blog_Vaganza
Blog Junaidi
...
..:C:..
...
..:D:..
...
..:E:..
E-One S
...
..:F:..
...
..:G:..
...
..:H:..
...
..:I:..
Imanq
Insurance Finance
...
..:J:..
...
..:K:..
KELPOLOVA
KETEP PASS
...
..:L:..
...
..:M:..
...
..:N:..
Nanie Granger
n66ee
...
..:O:..
...
..:P:..
...
..:Q:..
...
..:R:..
...
..:S:..
STAIN Metro
...
..:T:..
...
..:U:..
Urang Lembur
...
..:V:..
...
..:W:..
Wong Ganteng
...
..:X:..
...
..:Y:..
...
..:Z:..
...
Salam Hangat dariku
::| DFC |::
::|Admin|::

Page Rank
 
Back To Top