Fungsi Administrasi pendidikan

| View Comments | Minggu, 07 November 2010
|

Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalan konteks sekolah perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan sekolah menengah. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya kegiatan administrasi pendidikan dimaksudkan untuk pencapaian tujuan pendidikan itu. Tujuan itu dicapai dengan melalui serangkaian usaha, mulai dari perencanaan sampai melaksanakan evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada dasarnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui serangkaian usaha itu (Longenecker, 1964). Oleh karena itu, fungsi administrasi pendidikan dibicarakan sebagai serangkaian proses kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.


1. Tujuan Pendidikan Menengah
Tujuan pendidikan menengah perlu dibicarakan di sini karena alasan sebagai berikut: (a), tujuan pendidikan menengah merupakan jabaran dari tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pemahaman tentang hubungan keduanya perlu dilakukan, (b) tujuan pendidikan menengah merupakan titik berangkat administrasi pendidikan pada jenjang sekolah menengah, dan (c) tujuan pendidikan menengah itu juga merupakan tolok ukur keberhasilan kegiatan administrasi pendidikan di jcnjang pendidikan itu.
Tujuan institusional sekolah menengah adalah tujuan yang dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional. Di dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 2, disebutkan bahwa: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang." Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, merupakan undang-undang yang dimaksud dalam UUD 1945 itu. Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 itu disebutkan bahwa tujuan nasional pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam tujuan institusional, yaitu tujuan untuk tiap jenjang pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 adalah peraturan yang mengatur institusi pendidikan menengah. Dalam peraturan pemerintah ter¬sebut dinyatakan bahwa tujuan pendidikan menengah adalah: (a) meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya. Di dalam Pasal 3 peraturan tersebut juga disebutkan bahwa pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, pendidikan menengah keagamaan mengutamakan penyiapan siswa dalam penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan, pendidikan menengah kedinasan mengutamakan peningkatan pegawai negeri atau calon pegawai negeri dalam pelaksanaan tugas kedinasan, dan pendidikan menengah luar biasa diselenggarakan khusus untuk siswa yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.
Tujuan sekolah menengah merupakan bagian dari tujuan pendidikan di atas. Di dalam PP No. 29 Tahun 1990 itu, tidak kita temui tujuan dari berbagai jenis sekolah menengah secara rinci. Namun demikian, kita dapat menemukan contoh rincian tujuan sekolah menengah itu di dalam kurikulum sekolah menengah tahun 1975. Sebagai contoh tujuan khusus SMA dalam kurikulum 1975 berdasarkan keputusan Menteri No. 008-E/U/1975) yang untuk keperluan pemahaman sekolah menengah, tujuan ini masih relevan untuk kita kemukakan.
Tujuan itu khusus SMA mencakup bidang pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap. Menurut kurikulum itu, tujuan khusus SMA ialah agar lulusan SMA dapat memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Di bidang pengetahuan:
1) Memiliki pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
3) Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian penting aktual, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
4) Menguasai pengetahuan dasar dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan bahasa (khususnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris), serta menguasai pengetahuan lanjutan yang cukup dalam satu atau beberapa dari bidang pengetahuan tersebut di atas.
5) Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis dan jenjang pekerjaan yang ada di masyarakat serta syarat-syaratnya.
6) Memiliki pengetahuan tentang berbagai unsur kebudayaan dan tradisi nasional.
7) Memiliki pengetahuan dasar tentang kependudukan, kesejahteraan keluarga, dan kesehatan.
b. Di bidang keterampilan:
1) Menguasai cara belajar yang baik.
2) Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan sistematik.
3) Mampu membaca/memahami isi bacaan yang agak lanjut dalam bahasa Indonesia dan bacaan sederhana dalam bahasa Inggris yang berguna baginya.
4) Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dengan orang lain, lisan maupun tulisan, dan keterampilan mengekspresi diri sendiri, lisan maupun tertulis.
5) Memiliki keterampilan olah raga dan kebiasaan olah raga.
6) Memiliki keterampilan sekurang-kurangnya dalam satu cabang kesenian.
7) Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan keluarga dan segi kesehatan.
8) Memiliki keterampilan dalam bidang kesejahteraan keluarga dan segi kesehatan.
9) Menguasai sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhan lingkungan.
c. Di bidang nilai dan sikap
1) Menerima dan melaicsanakan Pancasila dan Undang-U:pdang. Dasar 1945.
2) Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianutnya, serta menghormati ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianut orang lain.
3) Mencintai sesama manusia, bangsa, dan lingkungan sekitarnya.
4) Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
5) Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaan dan masyarakat.
6) Dapat mengapresiasikan kebudayaan dan tradisi nasional.
7) Percaya pada diri sendiri dan bersikap mahakarya.
8) Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
9) Memiliki kesadaran akan disiplin dan patuh pada peraturan yang berlaku bebas dan jujur.
10) Memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional, dan objektif dalam memecahkan persoalan.
11) Memiliki sikap hemat dan produktif.
12) Memiliki minat dan sikap yang positif dan konstruktif terhadap olah raga dan hidup sehat.
13) Menghargai setiap jenis pekerjaan dan prestasi kerja di masyarakat tanpa memandang tinggi rendahnya nilai sosiaU ekonomi masing-masing jenis pekerjaan tersebut dan berjiwa pengabdian pada masyarakat.
14) Memiliki kesadaran menghargai waktu.
Tujuan nasional serta tujuan institusional itu harus selalu dijadikan pedoman sekolah dan guru dalam melaksanakan tugas¬tugasnya. Untuk guru, tujuan-tujuan tersebut perlu dijabarkan lagi ke dalam tujuan yang lebih sempit sehingga dapat dijadikan pedoman operasional dalam mengajar. Berturut-turut institusional itu dijabarkan secara hierarkis menjadi tujuan: (1) kurikuler, (2) instruksional umum, dan (3) instruksional khusus.
Adapun penjelasan masing-masing tujuan itu adalah:
a. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu institusi, misalnya tujuan pengajaran sejarah di sekolah menengah umum.
b. Tujuan instruksional umum, yaitu tujuan suatu pokok bahasan tertentu suatu mata pelajaran dalam suatu tingkat dan dalam suatu jenjang institusi; misalnya tujuan pengajaran sejarah kelas dua sekolah menengah umum.
c. Tujuan instruksional khusus, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu periode atau unit waktu tertentu dalam suatu tingkat pada jenjang institusi; misalnya tujuan pengajaran sejarah selama tiga minggu masing-masing tiga jam pengajaran di kelas satu sekolah menengah umum.
Untuk memahami tujuan-tujuan ini serta penjabarannya, Anda perlu mempelajari lebih lanjut dalam mata kuliah yang tergabung ke dalam kelompok Mata Kuliah Proses Belajar-Mengajar (MKPBM).
2. Proses sebagai Fungsi Administrasi Pendidikan Menengah
Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan menengah dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui suatu tahapan proses yang merupakan daur (siklus), mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian seperti telah disinggung secara garis besar pada bagian terdahulu. Di bawah ini akan diuraikan proses tersebut secara lebih rinci.

a. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber manusia, material, uang, dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu tahap: (a) identifikasi masalah, (b) perumusan masalah, (c) penetapan tujuan, (d) identifikasi alternatif, (e) pemilihan alternatif, dan (f) elaborasi alternatif.
Proses perencanaan di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif, artinya dengan mengikutsertakan personel sekolah dalam semua tahap perencanaan itu. Pengikutsertaan ini akan menimbulkan perasaan ikut memiliki (sense of belonging) yang dapat memberikan dorongan kepada guru dan personel sekolah yang lain untuk berusaha agar rencana tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi semua komponen administrasi pendidikan seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu perencanaan kurikulum, kemuridan, keuangan, prasarana dan sarana, kepegawaian, layanan khusus, hubungan masyarakat, proses belajar-mengajar (fasilitasnya), dan ketatausahaan sekolah.
Perencanaan pendidikan di pendidikan menengah dapat dibedakan atas beberapa kategori menurut: (a) jangkauan waktunya, (b) timbulnya, (c) besarnya, (d) pendekatan, serta (e) pelakunya.
Menurut jangkauan waktunya, perencanaan di pendidikan menengah dapat dibagi menjadi perencanaan jangka pendek, (perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu seminggu, sebulan sampai dua tahun); perencanaan jangka menengah yaitu perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu 3 sampai tujuh tahun; dan perencanaan jangka panjang, yaitu perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu 8 sampai 25 tahun. Pembagian waktu ini bersifat kira-kira, dan tiap ahli dapat saja memberikan batas yang berlainan. Jadi pemenggalan waktu ini hanya merupakan ancar-ancar.
Menurut timbulnya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan yang berasal dari bawah, misalnya mulai dari guru → kepala sekolah → kantor Departemen P dan K tingkat II → Kantor Wilayah Departemen P dan K → Departemen P dan K; dan yang berasal dari atas, misalnya mulai dari pusat (Departemen P dan K) sampai kepada guru.
Dari sudut besarannya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan makro, yaitu perencanaan pada tingkat nasional atau tingkat departemen; perencanaan meso, yaitu pada tingkat direktorat jendral, direktorat atau provinsi sarhpai tingkat kantor departemen kecamatan; dan perencanaan mikro, yaitu yang dilaksanakan pada tingkat sekolah atau kelas.
Menurut pendekatannya, perencanaan dapat dibedakan menjadi perencanaan terpadu, yaitu perencanaan yang menyatukan semua sumber dalam rangka mencapai tujuan serta melihat penggunaan sumber itu dalam kaitannya dengan pengelolaan sekolah secara menyeluruh; dan perencanaan tercerai, yaitu hanya melihat sumber secara terpisah-pisah untuk tujuan tertentu. Di samping itu, juga dapat dibedakan antara perencanaan berdasarkan program, yaitu yang didasarkan atas program yang dibuat secara menyeluruh (komprehensif) dan perencanaan tambal sulam, yaitu perencanaan yang dibuat berdasarkan kecenderungan pengalaman sebelumnya saja, tanpa dilihat adanya kemungkinan perubahan, misalnya diperlukannya program baru atau dihapuskannya program lama. Misalnya, dalam pengembangan kurikulum, isi kurikulum dapat dirombak dan diganti yang baru atau hanya sekadar ditambah di sana-sini pada bagian yang dianggap kurang.
Menurut pelakunya perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan individual, yang dilakukan guru secara sendiri-sendiri, perencanaan kelompok, dan perencanaan lembaga, yaitu perencanaan yang berlaku dan dibuat oleh sekolah.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjung tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya tujuan sekolah itu.
Ada beberapa hal pokok yang dapat dipedomani dan diperhatikan dalam hubungannya dengan pengorganisasian ini. Seringkali orang menamakan hal pokok tersebut sebagai prinsip. Siagian (1985), mengemukakan prinsip pengorganisasian itu adalah: (a) organisasi itu mempunyai tujuan yang jelas, (b) tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap anggota organisasi, (c) tujuan organisasi harus dapat diterima oleh setiap orang dalam organisasi, (d) adanya kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi, (e) adanya kesatuari perintah, (f) adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugasnya, (g) adanya pembagian tugas yang jelas, (h) struktur organisasi permanen, (j) adanya jaminan terhadap jabatan-jabatan dalam organisasi itu, (k) adanya balas jasa yang setimpal yang diberiican kepada setiap anggota organisasi, dan (1) penempatan orang yang bekerja dalam organisasi itu hendaknya sesuai dengan kemampuannya.
c. Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan: (a) melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan individu atau kelompok, dan (b) memberikan petunjuk umum dan petunjuk khusus, baik secara lisan maupun tertulis, secara langsung maupun tidak langsung (Suharsimi, 1988).
d. Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah. Usaha pengkoor¬dinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti: (a) melak¬sanakan penjelasan singkat (briefing), (b) mengadakan rapat ker¬ja, (c) memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan (d) memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan.
e. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
f. Penilaian
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau anggota organisasi sekolah seperti guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud penilaian adalah untuk: (a) memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja pekerjaan tersebut berhasil, (b) menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien, (c) memperoleh fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yang dapat merusak, serta (d) memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan organisasi sekolah.
Penilaian dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian atau pengamatan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam lemb'aga pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi, 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Ditjen Dikti.
Culbertson, J.. 1982. Educational Administration and Planning at a Crossroads in Knowledge Development. Nigeria: University of Ibadan. 1982.
Departemen Dalam Negeri, Dep. Pendidikan dan Kebudayaan, dan Dep. Keuangan. 1983. Petunjuk Administrasi Program Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1990. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
_______. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Ditjen Dikti. Harris, Ben M.. 1975. Supervisory Behavior in Education. New Jersey: Prentice Hall.
Milstein, M.M. and Belasco, J.A. (Ed.). 1973. Educational Adminis¬tration and the Behavioral Sciences; A System Perspective. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Sondang P. Siagian. 1985. Filsafat Administrasi. Agung. Jakarta: Gunung
http://www.datafilecom.co.cc

Bagi Sobat sekalian yang ingin Men Copy Data di atas saya persilahkan tetapi dengan syarat tidak meninggalkan syarat keilmiahan (Mencantumkan Sumber)


Widget Kiri Bawah (New) (Yufid.Com)

| View Comments |
|

Setelah sekian lama ndak mosting Widget, nah malem ini ane nyoba ngebuat widget baru nich yang modelnya sama seperti yang dulu (Widget Kiri Bawah) cuman hanya bentuknya saja yang berbeda.

Malem ini ane ngebuat 2 WIdget semuanya Free ^_^

1) Yufid.Com, yang ini sengaja ane buat untuk mempromosikan Search Engine yang sudah banyak membantu ane, Nama Search Engine nya YUFID, search engine ini dikhususkan untuk mencari literatur-literatur Pengetahuan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah yang Shohih, pokoknya sip banget kalo semisal untuk dijadikan sebagai rujukan. ^_^ Tafadhol bagi yang mau pasang. silahkan Copy Scripnya





2) Untuk yang kedua ini bersifat umum sama seperti yang sebelumnya, dibuat untuk menghiasi blog-blog sobat yang ingin menggunakannya sebagai Penyambut Tamu di Blog sobat, silahkan di Copy jika berkenan.





Oya Jangan Lupa Komentarnya ya ....


Selengkapnya…


Psikologi Perkembangan (Periodesasi Perkembangan)

| View Comments | Sabtu, 06 November 2010
|

BAB I
PENDAHULUAN


Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistic (menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik
ataupun psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan),
ada variasi individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan. Perkembangan Individu memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: Never ending process (perkembangan tidak akan pernah berhenti), Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama dan aspek sosial),Perkembnagan mengikuti pola/arah tertentu (karena perkembangan individu dapat terjadi perubahan perilaku yang dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan)


Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti dan setiap perkembanganmemiliki tahapan tahapan yaitu : tahap dikenangkan, tahap kandungan,tahap anak, tahap remaja, tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yangmenggunakan patokan umur yang dapat pula digolongkan dalam masa
intraterin, masa bayi, masa anak sekolah, masa remaja dan masa adonelen
yang lebih lanjut akan disebut dengan periodesasi perkembangan.

BAB II
PEMBAHASAN


Teori-teori periodisasi dapat di golongkan menjadi 3 ( tiga ) macam:
A. Periodisasi yang berdasarkan Biologis
Yang dimaksud dengan periodesasi berdasarkan Biologis ialah: Para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atua proses pertumbuhan biologis anak. Hal tersebut dapat dimaklumi karena pertumbuhanbiologis ikut berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak.
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
1. Pendapat Kretschmer
Ia membagi perkembangan anak menjadi 4 fase :
a. Fullungsperiode I: Umur 0-3 tahun, pada masa ini dalam keadaan pendek, gemuk, bersikap terbuka, mudah bergaul dan mudah didekati.
b. Strecungsperiode I: Umur 3-7 tahun, kondisi badan anak tampak langsing( tidak begitu gemuk) biasanya sikap anak tertutup sukar bergaul, juga sukar didekati.
c. Fullungsperiode II: Umur 7-13 tahun , keadaan fisik anak kembali gemuk.
d. Srecungsperiode II: Umur 13 tahun keadaan anak kembali langsing.
2. Pendapat Aristoteles
Ia merumuskan perkembangan anak dengan tiga fase perkembangan:
1. Umur 0-7 tahun, disebut masa anak kecil, kegiatan anak waktu ini hanya bermain.
2. Umur 7-14 tahun, disebut masa anak atau masa sekolah di mana kegiatan anak mulai belajar di sekolah dasar.
3. Umur 14-21 tahun, disebut masa remaja atau pubertas, masa ini adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa.
Pendapat ini dikategorikan pada periodisasi yang berdasarkan pada biologis karena aristoteles menunjukkan bahwa, antara fase satu dengan fase dua ditandai dengan adanya pergantian gigi, serta batas antara fase dua dengan fase tiga ditandai dengan mulai bekerjanya atau berfungsinya organ kelengkapan kelamin, contohnya mulai aktif kelenjar kelamin.
3. Sigmund Freued
Psikologi ini membagi perkembagan anak menjadi 6 (enam) fase,
1. Fase oral
0 – 1, masa ini, mulut meruaka central pokok keaktifan yagn dinamis.
2. Fase anal
1 – 3 dorongan dan tahanan berpusat pad aalat pembuangan kotoran.
3. Fase Falis
3 – 5 fase ini alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa.
4. Fase latent
5 – 12/13, fase ini impuls-impuls cenderung untuk berada ada kondisi tertekan
5. Fase Pubertas
12/13 – 20, fase ini impuls-impuls (dorngan kembali menonjol)
Kegiatan ini jika dapat disublimasikan (leeh dasich) maka seorang anak akan sampai pada fase kematangan.
6. Fase genital
Umur 20 ke atas, seseorang telah sampai pada awal dewasa
B. Periodisasi Berdasarkan Didaktis
Yang dimaksud ari tijauan ini adalh dari segi keperluan/materi apa kiranya yagn tepat diberikan kepda anak didik pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif utnuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tertentu tersebut.
Pada ahli yang termasuk dalam kelompok ini adalah antara lain:
1. Johann Amos Comenius (Komensky)
Penulis buku “Dedactica Magna: serta “Orbis Pictus” ini membagi perkembangan anak sebagai berikut:
a. Scola materna (sekolah Ibu) usia 0 – 6, masa anak mengembangkan organ tubuh dan panca indera di bawah asuhan ibu (keluarga)
b. Scole Vermacula (sekolah bahasa Ibu) usia 6 – 12, mengembangkan pikiran, ingatan dan perasaannya di sekolah dengan menggunakan bahsa daerah (bahasa ibu)
c. Scola Latina (sekolah bahasa latin), masa anak emngembangkan potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa asing, pada usia 12 – 18.
d. Academia (akademi) adalah media pendidkan yang tepat bagi anak usia 18 – 24 tahun.
2. Jean Jacques Rousseau
Dengan karya terkenalnya Emile eu du I’education” (1762) buku tersebut terdiri dari lima jilid (bagian). Di dalamnya termuat epmbagian tahapan perkembangan anak antara lain:
a. Usia 0 – 2 tahun adalah masa asuhan (Nursery)
b. Usia 2 – 12 tahun masa pentingnya pendidikan jasmani dan alat-alat indera
c. Usia 12 – 15 tahun masa perkembangan pikiran dan masa juga terbatas
d. Usia 15 – 20 tahun masa pentingnya pedidikan serta membentukan watak, kesusilaan jug apembinaan mental agama
Sedangkan pada bagian kelima dalma buku itu Rousseau mengupas tentang pendidikan kaum wanita, semboyan yang terkenal dari ilmuan ini adalah “Retour alat Natuur” (kembali pada kodrat alam).
3. Dr. Maria Montessori
Dr. Maria membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) tahap, yaitu:
a. Pada usia 1;0 – 7;0 adalah masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar dari alat dria.
b. Pada usia 7;0 – 12;0 adalah masa dimana anak sudah mulai memperhatikan
masalah kesusilaan, mulai berfungsi perasaan ethisnya yang bersumber
dari kata-kata hatinya dan dia mulai tahu kebutuhan orang lain
c. Pada usia 12;0 – 18;0 adalah masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-masalah sosial.
d. Pada usia 18;0 – 24;0 adalah masa pendidikan di perguruan tinggi, masa
melatih anak akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berfikir
secara jernih, jauh dari perbuatan yang tercela.
4. Charles E. Skinner
Membaginya menjadi: Prenatal Stages dan Posnatal Stages, dengna perincian sebagai berikut:
a. Prenatal Stages
- Germinal : a fortnigh after consepsion (saat perencanaan)
- Embryo : Dari Consepsion sampai pada 6 bulan
- Fetus : Dari 6 bulan sampai ia lahir ke dunia
b. Posnatal stage
- Parturate : Pada saan ia lahir kedunia sampai pada
- Neonate : 2 Bulan pertamasetelah anak lahir kedunia
- Infant : 2 tahun pertama setelah anak lahir ke dunia
- Preschool child : Pada usia 6;0 – 9;0 tahun
- Intermediate School : pada usia 9;0 –12;0 tahun
- Junior Hight School : Pada Usia 12;0 – 19;0 tahun
C. Periodisasi berdasarkan Psikologis
Pada pembagian ini, para ahli membahas gejala perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut bioligis atau didaktis lagi. Sehingga mengembalikan masalah kejiwaan dalam kedudukannya yang murni.
Para ahli yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah :
1. Oswald Kroh
Kroh berpendapat bahwa pada dasarnya perkembangan jiwa anak berjalan secara
evolutiv.Dan pada umumnya proses tersebut pada waktu-waktu tertentu
mangalami kegoncangan (aktivitas revolusi), masa kegoncangan ini oleh
Kroh disebut ‘Trotz Periode’,dan biasanya tiap anak akan mengalaminya
sebanyak dua kali, yakni trotz I sekitar usia 3/4 tahun. Trotz II usia
12 tahun bagi putri dan usia 13 tahun bagi laki-laki.
Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Dari lahir hingga trotz periode I disebut sebagai masa anak awal (0;0 – 03;0/04;0)
b. Dari Trotz periode I hinga Trotz periode II disebut masa keserasian bersekolah (03;0/04;0 – 12;0/13;0)
c. Dari trotz periode II hingga akhir masa remaja disebut masa kematangan (12;0/13;0 – 21;0)
2. Charlotte Buhler
Charlotte membagi perkembangan anak menjadi 5 (lima) fase, yaitu :
a. Fase I (0;0 – 1;0), Pada fase ini perkembangan sikap subyektif menuju obyektif,
b. Fase II (1;0 – 4;0), Pada fase ini makin meluasnya hubungan pada benda-benda sekitarnya, atau mengenal dunia secara subyektif.
c. Fase III (40 – 8;0), Pada fase ini individu memasukkan dirinya kedalam
masyarakat secara obyektif, adanya hubungan diri dengan lingkungan
sosial dan mulai menyadari akan kerja,tugas serta prestasi.
d. Fase IV (8;0 – 13;0), Pada fase ini mulai munculnya minat ke dunia obyek
sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan
sekitarnya secara sadar
e. Fase V (13;0 – 9;0) Pada Fase ini, nulai menemukan diri yakin shyntesa sikap subyektif dan obyektif
D. Gabungan dari ketiga kelompok oleh PH. Kohnstamm
Ia menyebutnya pandangan itu secara flectis, walaupun nampaknya lebih berorientasi pada dasar psikologis, yaitu :
1. 0;0 – 2;0 disebut masa vital
2. 2;0 – 7;0 disebut masa Esthetis
3. 7;0 – 12;0/13;0 disebut masa perkembangan intelektual
4. 12;0/13;0 – 20;0 disebut masa sosial

Pembagian terakir ini masih dapat diuraikan lagi menjadi :
1. 12;0 –14;0 = Masa Pural
2. 14;0 – 15;0 = Masa prapubertas
3. 15;0 – 18;0 = Masa Pubertas
4. 18;0 – 21;0 = masa adolesen



BAB III
PENUTUP


Setelah penulis menjabarkan beberapa teori mengenai periodesasi perkembangan penulis dapat mengambil kesimpulan dari keseian bentuk teori masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan yang dapat diambil.
Dan apabila kita lihat dari beberapa teroi di atas kita dapat mengaplikasikannya untuk melihat dan mengawasi perkembangan seorang anak baik itu melalui perkembangan psikologi, biologis ataupun yang lainnya sehingga kita dapat mengentahui bagiamana perkemabngan seorang anak, dan dengan begitu kita akan berusaha untuk mencari solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada anak.

DAFTAR PUSTAKA


Drs Abu Ahmadi dan Drs Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Renika Cipta, Jakarta 1991
http://dwiprayitnoblogmrgokil.blogspot.com/2009/11/priodesasi-perkembangan.html
http://eko13.wordpress.com/2008/04/12/psikologi-perkembangan/


Aplikasi Teknologi Informasi Terhadap Pola Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

| View Comments | Selasa, 02 November 2010
|

BAB I
PENDAHULUAN


Dinamika pendidikan dewasa ini ditandai oleh suatu revolusi dan tranformasi pemikiran tentang hakekat pembelajaran. Titik sentral setiap peristiwa mengajar terletak pada “Suksesnya siswa mengorganisasi pengalamannya, bukan pada kebenaran siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dikerjakan guru”.
Kenyataan menunjukkanbahwa kondisi dan kualitas pendidikan yang diharapkan berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya mausia hingga saat ini masih memprihatinkan. Hasil penelitian sebuah lembaga konsultan Consultancy) pada tahun 2001, menemukan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara Asia yang disurvey. Korea selatan berada pada urutan pertama disusul Jepang dan singapura. Selain itu berdasarkan hasil penilaian Program Pembangunan PBB yaitu UNDP pada tahun 2000 menunjukkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia berada pada urutan ke 109 dari 107 negara, sedangkan singapura berada pada urutan 24, Malaysia urutan ke 61 dan Thailand urutan ke 76.


Keadaan tersebut menuntut adanya usatu sistem pendidikan yang mampu meneydiakan sumber daya manusia yang mampu bersaing secara global. Oleh karena itulah kebijakan pendidikan nasional perlu diarahkan agar mampu menyiapkan sumber daya manusia yang mampu meghadapi tantangan masa depan secara efektif dan efisien sejak usia sekolah dengan memanfaatkan teknologi informasi (Soekartawi, 2002). Dengan Demikian, kehadiran teknologi informasi perlu disambut dengan ucapan “Welcome the information”.
Tugas pendidikan hendaknya meneydiakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Sekolah, madrasah bukanlah tempat untuk sekedar mentranfer ilmu (transfer of knowledge) dari guru kepada siswa, melainkan merupakan masyarkat belajar, sehingga semua kegiatna, proses, dan komponen lingkungan menjadi sumber belajar. Para siswa harus aktif mencari dan membentuk dirinya sendiri (learning to be), bukan semata-mata disiapkan oleh orang lain. Dengan demikain pendidikan merupakan pembinaan dan pemebrdayaan sumber daya manusaio untuk menggali dan meningkatkan potensiyang dimiliki peserta didi.
Salah satu sumber belajar yang sangat potensial dan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sistem belajar yang berpusat pada siswa dengan menggunakan teknologi informasi berupa emdia cetak, audio, audio visual, computer dan lain-lain.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengaruh Teknologi Terhadap Pola Pembelajaran
Pengaruh teknologi pembelajaran yang bersifat mendasar terletak pada pengemabgnan pola pembelajaran, pengambilan keputusan pembelajaran, serta tumbuhnya berbagai sumber belajar (learning resurces).
1. Media dan Teknologi Pembelajarn
Untuk memahami media pembelajaran, lebih baik apabila kita memahami terlebih dahulu teknologi pembelajaran merupakan bagian dari tekologi pembelajaran, kata teknologi banyak dipahami oleh awan sebagia mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan mesin. Namun sesungguhnya teknologi adalha merupakan perpaduan yang kompleks dari manusia, mesin, ide, prosedur dan pengelolaan, dan kemudian pengertian tersebut bahwa pada hakekatnya teknologi merupakan penerapa ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisasi ke dalam tugas-tugas praktis.
Teknolgo hendaknya dipahami sebagai uapaya yang mengarah pada peningkatan efektifitas dan efisiensi, dan teknologi tidak bisa dipisahkan dari masalah, karena pada hakekatnya teknologi lahir dan dikemabngkan adalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
Teknologi pembelajarna juga bisa dipandang sebagai suatu produk maupun proses. Sebagai suatu produk, teknologi pembalaran lebih mudah difahami karena sifatnya yang konkrit, seperti televise, radio, proyektor slide, OHP dll. Sedangkan sebagai suatu proses, teknologi pembelajaran lebih abstrak sifatnya. Dalam tataran ini, teknologi pemeblajarna bisa dipahami sebagai suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, emncari jalan pemecahan, melaksanakan, menilai dan mengelola epmecahan masalah yang menyangkut semua apek belajar manusia.
Teknologi pembelajaran didefinisikan suatu bidang yang berkepentingan dengan kegiatna belajar yang secara sistematis mengidentifikasikan, megnembangkan, mengorganisasikan, serta menggunakan segala macam sumber belajar termasuk pengelolaan dari proses kegiatan.
Dari paparan di atas terlihat bahwa uapaya pemecahan masalah pendidikan melalui teknologi pembelajaran adlaah dengan endayagunakan sumber-sumber belajar (learning resources0 yang dirancang, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan eblajar. Adapun sumber belajar yang dimaksud meliputi pesan (messege), orang (people), bahkan (materials/sofwere), alat (devices/hardware), teknik (technique) dan lingkungan (setting).
Dengan demikain media pembelajaran tidak lagi dipandang sebagai alat Bantu guru, melainkan memiliki fungsi membawa pesan, dipilih dan dikembangkan secara sistematis dan digunakan secara integral dalam proses pembelajaran.
Dalam perannya yang demikian itu, maka media pembelajaran telah memerankan dirinya sebagai syumber eblajar, sehingga dimungkinkan terlaksananya proses belajar secara mandiri oleh sasaran didik engan banguan semiinimal mungkind ari orang lain peran tersebut akan bisa dijalanid engan baik karena media pembelajarna mempunya nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk (1) membuat konsep yang abstrak emnjadi konkrit, (2) melampaui batas indera, waktu, dan ruang dan (4) memberi kesempatan pengguna mengontrol arah maupun maupun kecepatan belajar, (5) membangkitkan keingintahuan dan motivasi belajar, dan (6) Dapat memberikan engalaman belajar yang menyeluruh dari yang abstrak hingga yang konkrit.
Dengan demikian jelaskan bahwa secara konseptual media pembelajaran serta sumber belajar belajar lainmampumemberikan kemudahan dan dukugnan kepada guru untuk melaksankana tugas dengan lebih baik, serta mempermudah peserta didik untuk belajar, masalahnya adalah bagaimana strategi pengopersiannya agar media pembelajaran itu dapat terintegrasikan dalam sistem instruksional yang ada hingga terjamin eefktifitasnya.
2. Pola-Pola Pembelajaran dan Peran Guru
Sekurang-kurangnya ada lima pola pembelajaran, (Sudjana & Rivai, 2003). Yaitu (1) Pola Pembelajaran Tradisional, (2) Pola Pembelajaran Dibangu media, (3) Pola Pembelajaran Antara Guru dan Media, (4) Pola Pembelajaran dengan media, dan (5) Kombinasi Pla sistem pembelajaran.
Pertama, pola pembelajaran tradisional. Dalam pola ini guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan metode pembelajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar siswa. Jadi dalam pola pembelajaran tradisional, guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Pola kedua, pembelajaran dibantu media. Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pengajaran sebagai sumber disamping guru. Pola ketiga, pembelajaran antara guru dan media. Pola pembelajaran ini antara guru dan ahli media saling berinteraksi dengan siswa berdasarkan satu tanggung jawab bersama. Pola keempat, pembelajarna dengan media. Dalaam situasi belajar tertentu, yaitu apabila para siswa sudah mempunyai disiplin tinggi dalam belajar, latar belakang pengalaman belajar yang cukup, serta pola berfikir sudah matang, maka interaksi belajar mengajar bisa dilakukan langsung antara siswa dengan media pengajaran yang telah dieprsiapkan oleh para ahli emdia dan guru. Dengan demikian kehadiran guru kelas dapat digantikan oleh media yang diciptakannya. Emdia tersebut disebut guru media.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, maka guru tidak hanya terbatas perannya sebagia pengajar dalam arti penyampai pegnetahuan, akan tetapi plebih emmprosisikan diri sebagai “perancang epngajaran, pegnevaluasi hasil belajar dan sebagai direktur belajar” (Gagne, 1985).
Sebagai perancang pengajaran (Designer of instruction), seorang guru akan berperan mengelola seluruh proses pemeblajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setuiap anak dapat belajar secara efektif dan efisien. Kegiatan belajar hendaknya dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan suasana yang mendrong siswa untuk melakukan kegiatan belajar degan kualitas yang lebih baik.
Sebagai penilai hasil belajar siswa (evaluator of student learning), guru dituntut untuk berperan secara terus-menerus mengikuti hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terahdap proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menerus untuk memperoleh hasil eblajar yang optimal.
Sebagai pengarah belajar (director of learning), guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatna motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungna ini, guru mempunyai peranan sebagai “Motivator keseluruhan kegiatan belajar siswa. Sebagai motivator belajar, guru harus mampu untuk (1) membangkitkan dorongan siswa untuk belajar, (2) menjelaskan secara konkrit kepada sisaw apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajarn, (3) Memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai dikemudian hyari, (4) Membuat regulasi (aturan prilaku siswa. Sebagai direktur eblajar, pendekatna yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak hanya melakukan pendekatan instruksional saja, akan tetapi disertai dengan pendekatna pribadi. Melalui pendekatan pribadi ini diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam, sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Dengan kata lain, sebagia dierktur belajar, guru sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam PBM. Sebgai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu untuk (1) mengenal dan memahami setiap siswa, baik secara idnividual maupun kelompok, (2) Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar, (3) Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajr sesuai dengan karakteristik pribadinya, (4) Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalha-masalah pribadi yang diharapinya, (5) Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.

B. Penerapan Teknologi Infomasi dalam Pembelajaran
1. Teknologi Informasi (Information Technology)
2. Pembelajarn (Instruction)
Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam proses pemeblajaran meliputi (1) guru yang berpengetahuan, memiliki pengalaman dan terampil, (2) siswa yang sedang berkembang (3) Metode penyampaian informasi atau keterampilan penyampaian pesan, dan (4) Respon atau perubahan prilaku siswa.
Bertolak pada beberapa pandangan tersebut dia tas bahwa pembelajarna merupakan suatu proses interaksi antara peerta didik dengan guru dan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa orang, benda, media pembelajaran, mapunun suasana yang mendorong adanya perubahan pada peserta didik dalam hal pengetahuan, nilai, sikap, prilaku dan keterampilan. Perubahan tersebut bertahan lama bukan perubahan sesaat aygn mudah cepat hilang. Pembelajaran dengan demikian juga merupakan kegiatan yang ditujukan untuk membentuk manusia yang berakhlak/berwatak, berkarakter, dan berkompeten.
C. Prospek Penerapan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Teknologi informasi (TI) dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan memperhatikan sekurang-kurangnya tiga pertimbangan yaitu:
Pertama, karena alasan sekolah atau lembaga pendidikan sudah banyak yang memiliki komputer sendiri, sehingga memungkinkan dikembakgannnya paket belajar personal interaktif.
Kedua, karena Negara Indonesia terdiri dari ribuan pula yang tersebut dalam wilayuah yang sangat luas, serta dihuni oleh lebih dari 200 juta penduduk dengan distribusi secara tidak homogen.
Ketiga, karnea alasan untuk kesamaan mutu dalam memperoleh materi, dikembangkan paket belajar distribusi. Materi ajar dapat dikemas dalam bentuk webpage, ataupun program belajar inteaktif (CAI atau CBT).
Melalui pemanfaatan teknologi informasi (komputer), materi ajar dapat diakses oleh siapa saja dan akapn saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnya dapat diatur bila dikehendaki karen atersedia fasilitas pengaman dimana hanya orang yang telah mendaftar saja yang bisa mengakses materi ajar tersebut.
Mengingat negara bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, amka negara perlu menyediakan materi ajar dengan mempekerjakan pakar yang mempunyai dedikasi tinggi untuk emmajukan pendidikan di Indonesia. Mahalnya biaya honor dan pembuatan materi ajar bukan masalah, karena dapat dijustifikasi, apabila materi ajar tersebut dapat dipakai oleh segenap anggota masyarkaat di Indonesia.
Ada dua materi ajar aygn dapat dikembangkan, Pertama, materi aygn dapat dikembangkan adalah materi untuk tutor (pendamping warga belajar) paket A dan paket B, sehingga mereka dapat megnembangkan pengetahuannya seiring dengn perkembangan zaman. Kedua, materi ajar yang akan dikonsumsi oleh warga belajar (masyarkaat luas). Materi ajar ini adalah materi ajar yang dapat memebrdayakan masyarkat, seperti keterampilan praktis yang segera dapat diterapkan secara nyata.
D. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Komunikasi elektronik telah menjadi salah satu strategi terbaru untuk mendukung proses pembelajaran (Davis, 1997: 167-180). Aspek paling penting dalam proes pembelajaran adalah kemampuan peserta didik dan pengajar untuk melakukan komunikasi tanpa batas waktu. Proses pemeblajaran secara konvensional menggunakan aktivitas yang ada di kelas begitu kegiatannya selesai, maka interaksi juga usai. Oleh karena itu, komunikasi di kelas konvensional bersifat statis.
Bachari (2001) menyatakan, bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam konteks pemeblajarn pada dasarnya dapat berupa (1) Media proses belajar mengajar jarak jauh, (2) Media pembelajaran mandiri, (3), alat uji kemahiran, (4) media promosi lemabga penyelengara pendidikan, (5) media penyedia bahan ajar, dan (6) sarana komunikasi profesional bagi par apengjaar (guru).
Selanjutnya Bachari (2001) mengemukakan bahwa pembuagan jaringan komunikasi tidaklah terlalu sulit sebab saat ini sangat banyak sofwere yang memberikan kemudahan bagi kita untuk mendesai sebauh web.
Mendesain web semacam ini tidaklah berbeda dengan rancangan yang diperugnkan oleh situs-situs surat kabar, hibutan, bisnis, dan perbankn. Sofwere-sofwere yang sering dipergunakan untuk mendesai sebuah web secara umum adalah MS Publisher, MS Front Page, dan Net Scope Composer, setiap sofwere tersebut memiliki fasilitas yang berbeda.
1. MS Publiser, menyediakan falitas yang sangat praktis dalam menggunakan sofwere ini, kita cukup mengisi materi aywng akan ditampilkan dalam web, karena sofwere ini telah menyediakan format web beserta htmlnya.
2. MS Front Page, tugas kita hanya membuat gambar dan mengetik naskah untuk membangun sebuah web. Dapat pula kita sertakan video live dalam situs yang kita bangun dengan menggunakan sofwere ini. Karakteristik sofwere itu harus kita pahami dan pemanfaatanya harus kita sesuaikan dengan kebutuhan web yang akan kita rancang
Hal yang penting dan prinsip dalam proses pembelajaran baik dalam konteks langsung tatap muka atau melalui sarana komunikasi melalui jaringan internet adalah komunikasi konvergen (Lihat, Rogers, 1986: 44; Abdulhak, 2001: 12) yang memiliki ciri utama bahwa komunikasi itu pada adsarnya menjalin hubungan (komunikasi) saling pengertian yang dibangun melalui tahapan pemahaman, interprestasi, pengertian dan kegiatan diantara peserta didik untuk kemudian dicapai saling kesepahaman.
Adapun pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dikelompokkan ke dalam tiga fungsi, yaitu (1) media pembelajaran mandiri/klasikal, (2) alat bantu (alat belajar) dalam proses pembelajaran, dan (3) sumber belajar/sumber data.
1. Media Pembelajaran mandiri/klasikal, antara lain pemutaran film dan CD interaktif, pertama, pemutaran film, guru dapat memilah jenis film yang ada yaitu film yang bersifat given artinya suatu paket judul film yang telah tersedia dan relevan dengan pembelajaran pendidikan Agama Islam. Kedua, penggunaan CD interaktif lebih”Maju” dari pemutaran film, karena siswa dapat melakuakn”interaksi” atau perlakuan terahdap program yang ditawarkan pada CD, misalnya CD interaktif soal-jawab Pendidikan Agama Islam dikemas dalam bentuk permainan seperti dalam ”Who want to Be Millionare”. Madrasah/sekolah dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki koleksi film atau CD interaktif yang terkait dengan materi Pendidikan Agama Islam interaktif yang terkait dengan materi Pendidikan Agama Islam sesuai kurikulum yang berlaku.
2. Teknologi Informasi yang dimanfaatkan untuk alat bantu pembelajaran yaitu, pemanfaatan softwere (komputer) untuk pemeblajarn Pendidikan Agama Islam. Beberapa contoh software pendidikan yang dikelan diantaranya; Computer Assisted Instruction (CAI) yang umumnya software ini sangat baik untuk keperluan remidial. Intelligent computer assited learning (ICAL), dapat digunakan untuk material atau konsep. Computer Assisted Training (CAT), Computer Assisted Design (CAD), Computer Assisted Media (CAM) dan sebagainya.
3. Teknologi Informasi yang terkait sebagai sumber belajar (learning resurces) dalam bentuk internet dengan segala komponennya. Materi yang ditampilkan dalam sebauh eb yang terkait denagn pendidian Agama Islam dapat dilacak terlebih dahulu oleh guru dan dipraktekkan langsung oleh murid. Maksud pelacakan oleh guru agar materi atau informasinya relevan dengan tujua kurikuler PAI.

BAB III
PENUTUP


Pad aakhirnya dapat disimpulkan bahwa, pemeblajaran dengan teknologi informasi memerlukan alat Bantu elektronika. Bisa berupa technology based learning seperti audio dan video atau web-based learning (dengan bantuan perangkat computer dan internet). Teknologi bantuan perangkat computer dan internet0. teknologi informasi bisa dipergunakan untuk pendidikan Agama Islam baik tatap muak di kelas maupun pendidikan jarak jauh tergantugn kepentingannya.
Sejalan dengan perubahan kurikulum dan otonomi pendidikan, bukan lagi masannaya bagi guru termasuk Guru Pendidikan Agama Islam untuk selalu menunggu petunjuk. Guru adalah tenaga professional, bukan tukang. Oleh karena itu, sikap yang tepat untuk guru adalah cepat menyesuaikan diri. Jadi, Guru perlu segera meresposisi perannya.
Pada saat ini guru tidak algi harus menjadi orang yang paling thau di kelas. Namun ia harus mampu berperan sebagai designer of instrukcion, evaluator of student learning dan director of learning. Karena banyak sumber belajar )learning resources) yang tersedia dilingkungan kita, apakah sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) untuk kepentingan pemeblajaran yang akan dilaksanakan dan sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization) dalam pengertian sumber belajar yang tersedia mempunyai keterkaitan dengan bahan belajar yang akan dipelajari peerta didik. Tentu saja teknis pemanfaatan sumber belajar ini disesuaikan dengan factor tujuan pembelajaran, bahan belajar, karakteristik peserta belajar serta kemudahan dalam menggunakan bahan belajar.


Peluang diterapkannya pembelajarna Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan Teknologi Informasi, antara lain: Pertama, mayoritas sekolah di masrasah di Indonesia telah memiliki perangkat computer. Kedua, dengan dengan perangkat computer pesan-pesan/materi Pelajaran pAI dapat dipelajari, dipahami, didiskusikan olehguru, kelompok guru dan siswa secara mandiri dalam waktu dan tempat yang tidak terbatas. Ketiga, bahan ajar aygn telah dikemas pada software tertentu akan mudah didistribusikan keseluruh peserta belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Pahrudin, Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di Madrasah. Fakta Pres, Bandar Lampung, 2006

Mata Kuliah: Strategi Belajar Mengajar (SBM)
Semester V

Monggo yang mau konsultasi/nanya2 ... ::|^_^|:: bisa langsung lewat YM
yang udah dalam bentuk Makalah juga ada ...! kalo mau bisa pesen lewat YM




artikel dan Makalah Strategi belajar mengajar (SBM) STAIN JURAI SIWO METRO


Mau Berlangganan Artikel Gratis dari Data File Com?

Tulis Email Anda disini:

Setelah Menekan Berlangganan, Kami Membutuhkan Verifikasi dari Email Anda, Agar Kami Bisa Mengirimkan Postingan Terbaru kami ke Email Anda, Jadi silahkan Cek Inbox Email anda setelah mendaftar, dan Klik Link Verifikasi

By Admin

 
..:A:..
Akhi Abdul
Agha'ku
Pak Haris Setiadji
anggasona-anotherbestblog
..:B:..
Blog_Vaganza
Blog Junaidi
...
..:C:..
...
..:D:..
...
..:E:..
E-One S
...
..:F:..
...
..:G:..
...
..:H:..
...
..:I:..
Imanq
Insurance Finance
...
..:J:..
...
..:K:..
KELPOLOVA
KETEP PASS
...
..:L:..
...
..:M:..
...
..:N:..
Nanie Granger
n66ee
...
..:O:..
...
..:P:..
...
..:Q:..
...
..:R:..
...
..:S:..
STAIN Metro
...
..:T:..
...
..:U:..
Urang Lembur
...
..:V:..
...
..:W:..
Wong Ganteng
...
..:X:..
...
..:Y:..
...
..:Z:..
...
Salam Hangat dariku
::| DFC |::
::|Admin|::

Page Rank
 
Back To Top